Munafik
Lita terlihat begitu semangat untuk memulai pekerjaan paruh waktunya itu. Semalam, ia dan Arkan mendatangi kafe yang ditawarkan Arkan sebulan yang lalu. Syukurnya masih ada posisi yang kosong jadi, Lita bisa diterima di sana.
“Terima kasih ya Arkan. Kamu sudah mau repot-repot mengantarkanku,” ujar Lita tersenyum tulus.
Arkan juga balas tersenyum. “Jangan terlalu sungkan. Bagaimanapun, kita kan teman.”
Lita terkekeh kecil. Tanpa sadar, ia mencubit kedua pipi Arkan gemas. “Iya.”
“Ya sudah kalau begitu. Aku masuk dulu ya,” pamit Lita. Arkan mengangguk kecil.
Matanya tak lepas dari sosok mungil itu. Arkan memegangi kedua pipinya dengan perasaan begitu senang.
“Hey.” Menepuk pundak Arkan pelan.
Arkan pun langsung menoleh. “Kak Inggit,” ucapnya sedikit kaget.
“Dia pacarmu ya?” tanya wanita cantik berambut pendek itu.
Arkan tersenyum malu-malu. “Masih teman Kak.”
Inggit tertawa pelan. “Ya sudah, buruan jadiin pacar gih. Nanti diambil orang,” sarannya.
“Iya Kak, pasti. Arkan hanya menunggu wak

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link