Bab 277
Di lantai atas, entah sejak kapan Davin meringkuk di sana. Saat aku melihatnya, dia tampak sedang diam-diam menikmati sesuatu. Namun, begitu melihatku, matanya yang tampak berbinar itu seketika berubah memperlihatkan kesedihan, "Shani ... sakit sekali, aku sampai nggak bisa tidur."
Apa lagi yang bisa kulakukan? Aku akhirnya menghela napas dan naik untuk menenangkannya. Rasanya, aku seperti memiliki utang budi padanya.
"Shani ... ayo pijatlah." Sembari berbaring di atas ranjang, Davin mengulurkan lengannya untuk kupijat.
Meskipun sedang tidak fokus, aku tetap mengulurkan tangan dan memijatnya.
Kakek Yahya pasti takkan diam saja. Setelah Davin mengalami masalah, selanjutnya aku juga tertimpa masalah. Tak lama kemudian, Kakek Jordan pun meninggal. Kakek Yahya memang sangat kejam ...
"Shani, yang sini juga sakit." Davin menunjuk dadanya.
Aku sedang memikirkan sesuatu, jadi aku terus saja memijat di mana pun yang dia bilang sakit.
Harus kuakui, otot dadanya cukup kokoh. Mungkinkah ini karen

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link