Bab 366
Alex mengedipkan matanya dan mengeluarkan ponsel. "Janjimu datang kemari setengah jam kemudian, kenapa malah datang lebih cepat, sih."
Alex membuka ponselnya. Baru saja akan menelepon, aku segera meraih pisau di sebelahku dan menusuk bahunya dengan keras.
"Aduh!" Alex berteriak kesakitan.
Saat aku mencabut pisaunya, darah segar menyemprot ke mataku.
Aku tahu Alex tidak bisa mati begitu saja di tanganku. Jika dia mati, bisa-bisa aku makin terjerumus dalam masalah dengan pihak kepolisian.
Temannya berniat mendekat, tetapi aku juga menusuknya dengan pisau.
Aku bersembunyi ketakutan di belakang tempat tidur dan terjatuh dengan kaki yang lemas ke lantai.
Pria penuh tato itu bersandar di mobil dan hanya menatapku.
Sepertinya, dia sengaja melihatku saat melawan.
Tiba-tiba, terdengar bunyi sirene. Sekeliling pabrik besi bekas itu sudah dikepung.
Alex tampak pucat pasi. Mereka berdua tidak peduli denganku, memilih sibuk untuk bangkit dan lari yang berakhir dengan penahanan polisi.
Aku berjongko

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link