Bab 122
Shania melanjutkan perkataannya, "Kamu benar-benar sangat kasar."
Qiara memandang wajah Shania yang tetap cantik dan anggun meski sudah berlumuran darah, bengkak, dan terkesan kacau, lalu memukulnya lagi dengan keras.
Dari luar, terdengar suara pria yang dingin mengingatkan. "Dia sedang mengulur waktu, kalau kamu mau bertindak, segera lakukan."
Qiara pun akhirnya tersadar.
Dia duduk tegak. "Shania, apa kamu sedang mengulur waktu untuk menunggu seseorang menyelamatkanmu?"
"Jangan mimpi. Malam ini nggak ada yang akan menyelamatkanmu, nggak ada yang akan tahu keberadaanmu di sini. Saat mereka sadar, kamu pasti sudah mati seolah bunuh diri, surat wasiat pun sudah disiapkan untukmu."
"Sekarang aku akan mengantarmu ke akhirat."
Dia mundur, mengeluarkan pemantik api dan menyalakannya lagi.
Dia menikmati ekspresi putus asa dan ketakutan di wajah Shania, lalu melemparkan pemantik api ke atas.
Pada saat pemantik itu menyala, dorongan untuk bertahan hidup membuat Shania mematahkan kendali obat-ob

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link