Bab 171
Xander berkata, "Suruh dia hilangkan kebiasaan itu."
Shania menjawab, "Baik, biar dia ubah kebiasaannya."
Telinganya benar-benar tajam, dulu bawahannya memanggilnya Bu Shania lewat telepon, memang kenapa?
Lalu, apa salahnya mengajaknya makan?
Xander terus berjalan masuk ke kantor.
Shania menghela napas dalam-dalam.
Jeffry seperti sedang melamun, menatap pintu kantor presdir yang tertutup.
Apa jangan-jangan Pak Xander ... sedang frustrasi!
Dia menoleh, lalu menghibur Shania dengan penuh simpati, "Ini bukan salahmu. Kadang laki-laki memang susah mengendalikan diri, kayak orang menopause."
Shania berpikir di dalam hati, "Apa yang sulit untuk dikendalikan?"
"Pelit itu bukannya bakat alami perempuan ya?"
Jeffry melihat dia masih tampak bingung. "Jangan panik, aku akan bantu kamu."
Shania pun berpikir, "Bantu?"
"Bantu bagaimana?"
"Sebentar, kita lagi membahas hal yang sama nggak sih?"
...
Siang hari.
Pukul sebelas lewat dua puluh.
Shania meninggalkan kantor dengan mobil.
Restoran itu berada

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link