Bab 220
Shania melihat Brenda menatapnya dengan mata memerah, penuh harap seperti minta tolong.
Walaupun Shania biasanya acuh dan susah dipengaruhi, dia memang lemah kalau melihat wajah memelas dari wanita cantik.
Mungkin Brenda bukan tidak tahu malu, hanya saja dia benar-benar tidak tahu bagaimana cara pergi dengan anggun. Dia tidak ingin terlihat seperti kabur. Jadi, dia memaksakan diri untuk bertahan dengan cara yang agak canggung.
"Ya sudahlah, duduk sebentar nggak masalah. Lagi pula Siska juga belum datang."
Shania berpikir dan duduk kembali.
Di sisi lain, Xander tetap menatap lurus ke depan, ekspresinya suram dan tak terbaca.
Jeffry menyerahkan menu kepada Teddy, memintanya untuk memesan.
Teddy memanggil pelayan dan langsung memesan. Dia hanya memesan daging, tanpa satu pun menu sayur, dan semua favoritnya.
Sementara itu, ponsel Xander di saku bergetar.
Dia mengeluarkannya, melirik sebentar, lalu menjawab dengan wajah datar, "Halo Bu."
"Sudah ketemu dengan Nona Brenda?"
Suara Sonia di uj

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link