Bab 384
Di luar pintu, terdengar suara tangisan tertekan dari Lestari, "Kakak Ketiga? Kakak Ketiga, apakah kamu di dalam? Apa yang kamu lakukan dengan Nona Nadira di dalam?"
Pria itu tiba-tiba terhenti, seolah-olah terbangun oleh suara bel alarm, tatapannya yang panas kini menjadi sedikit lebih jernih.
Tubuh di pelukannya menyusut, wajah kecilnya menjadi pucat, dia menatapnya dengan wajah basah, dengan suara serak menertawakan dirinya sendiri. "Sudah? Ketahuan olehnya seperti ini, memaksaku menjadi simpanan yang nggak tahu malu, apakah kamu puas?"
"Aku dan kamu belum bercerai, jangan bicara sembarangan!" Beni marah. Nadira seharusnya diam saat itu.
"Kamu boleh nggak tahu malu, tapi mukaku nggak setebal itu. Sekarang, kamu bisa pergi, kan?"
Nadira sudah sangat lelah dan tidak ingin berbicara lebih banyak dengannya. Tubuhnya yang lemas bersandar di lantai, raut wajahnya terlihat tidak baik.
Beni sedikit khawatir dan ingin membantunya berdiri, tetapi dia menepis lengan Beni. Tatapan Beni melintas

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link