Bab 162
"Tuan, ampunilah kami … " pinta tiga pria itu. Gerakan tiga pria yang bersujud itu semakin besar dan kepala mereka bahkan sudah berdarah.
Pada saat ini, nada tering telepon tiba tiba terdengar.
Hanya terlihat jari tangan Damian yang memiliki kontur jelas itu mengangkat handphone. Setelah melihat nama penelepon, ekspresi wajah Damian di balik topeng tersirat sedikit rasa kehangatan.
Dia mengangkat bibir dan berkata, "Kecilkan suaranya."
Tiga pria paruh baya itu seolah melihat sebuah sinar harapan, mengira bahwa ada titik balik dalam situasi tersebut, mereka menatapnya dengan penuh harapan.
Namun, kedua kata ini ditujukan pada para pengawal.
Begitu mendengar perkataan tuannya, mereka langsung terbagi menjadi dua orang dalam satu kelompok, satu kelompok mendatangi mereka dan mencekam mulut mereka, satu kelompok lainnya melumpuhkan mereka.
"Krek krak," bunyi suara tulang yang patah tendengar terus menerus.
"Uh, uh … " erang ketiga pria yang merasakan sakit yang begitu dashyat hingga tidak

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link