Bab 11
Mereka yang benar-benar ingin pergi tak akan memilih waktu yang istimewa. Cukup pagi yang biasa, mantel yang dikenakan tanpa banyak pikir, pintu yang dibuka dengan tenang, lalu kepergian yang tak pernah kembali.
Seperti daun kering yang diterbangkan angin, perginya tanpa jejak, tanpa pamit, tanpa ucapan selamat tinggal, bahkan sepatah kata pun terasa tak lagi diperlukan.
Isakan Leo menggema saat dia menutupi wajah dengan tangan yang bergetar.
Dia tahu, dia seharusnya sudah menyadari semua ini sebelumnya.
Hari ketika dia menyaksikan Safira membakar semua foto mereka.
Hari itu, Safira duduk di halaman seperti biasanya, tetapi sorot matanya telah kosong, seperti kehilangan seluruh cahaya hidup yang pernah dimilikinya.
Dia berpikir, seandainya saja dia berbicara dengan baik kepada Safira pada saat itu, mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti ini.
Namun, sebuah kesadaran menghantamnya. Barangkali, sejak tekanan yang dia bantu ciptakan dengan Keluarga Catra, untuk merampas paten Safira,

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link