Bab 87
“Kalau itu bukan karenamu, kenapa Jenson bisa berada di Kota Riang?” Jay berteriak.
Josephine merasa sangat bersalah.
Jenson dengan lembut berkata, “Jangan memarahinya. Aku pergi ke Kota Riang sendirian.”
Rasa keadilan di hati Jenson tidak memungkinkannya untuk mentoleransi ayahnya yang menuduh orang yang salah, oleh karena itu ia berdiri untuk mengakui kesalahannya.
Jay yang seperti balon yang menggelembung dan hendak meledak, mengempis dalam beberapa detik.
Josephine mengamati ayah dan putranya. Meskipun Jay sangat marah, amarah dalam tatapannya akan secara turun setiap kali ia melihat ke arah Jenson. Josephine merasa bahwa ia perlu melindungi dirinya sendiri terlebih dahulu.
“Kakak, sudah larut sekarang. Aku pulang dulu." Josephine ingin menyelinap pergi tetapi diinterogasi dengan dingin oleh Jay. “Kenapa ia belum pergi?”
Wajah Josephine mengerut seperti labu pahit. Ia berbalik dan dengan takut-takut menjawab, "Kakak, ia tidak tahan berpisah dengan Jenson."
Bahu Jenson sedik

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link