Bab 98
Aku mengirim pesan pada Yudo terlebih dahulu, memberitahunya bahwa aku sudah datang, baru kemudian mengetuk pintu.
Tak lama kemudian, pintu dibuka.
Yudo muncul di hadapanku. Dia mengenakan baju tidur hitam, bagian kerahnya terbuka longgar, memperlihatkan dadanya yang kekar dan memikat. Wajah tampannya tampak pucat dan lemah.
Dia tersenyum tipis. "Queny ... bukankah aku sudah bilang jangan datang? Kenapa kamu begitu nggak patuh?"
Suara beratnya yang magnetis mengguncang perasaanku. Aku menutup pintu, masuk, lalu berjinjit untuk menyentuh dahinya. "Kenapa panas sekali? Kamu masih demam?"
Yudo menggelengkan kepala. "Aku baik-baik saja, jangan khawatir."
"Ini masih disebut baik-baik saja? Kalau demam terus lalu menjadi bodoh, bagaimana?"
"Kalau begitu, Queny yang merawatku."
Mendengar itu, jantungku berdebar kencang entah mengapa.
Melihat aku terdiam, Yudo tersenyum sambil mencubit pipiku. "Nggak bersedia? Kamu ini nggak punya hati nurani."
"Aku nggak ... "
"Aku hanya bercanda. Kalau aku b

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link