Bab 208
Susan tidak senang, lalu berjalan ke depan Janita, dan berkata dengan tegas, "Aku suka bunga, ada orang yang memberiku bunga, bukannya itu sudah cukup?"
"Kenapa harus pria yang memberi?"
"Apa bunga yang diberikan pria lebih harum?"
"Atau lebih berharga?"
Susan sama sekali tidak bisa memahami cara berpikir Janita.
Janita tidak bisa menyembunyikan rasa malunya. "Karena kalau pria rela memberimu bunga, itu berarti dia mencintaimu."
Susan terdiam.
Dia hampir saja memutar bola matanya, tetapi akhirnya menahan diri, lalu tersenyum. Dengan suara lembut, dia berkata, "Teman juga sayang padaku, jadi dia memberiku bunga."
"Kalau nggak, kenapa dia harus mengeluarkan uang untuk ini."
Sambil berkata begitu, Susan memeluk bunga itu dan kembali ke tempat kerjanya.
...
Waktu makan siang.
Aku belum sempat merapikan komputer, Susan sudah bergegas masuk ke kantor.
Dia lebih dulu melirik diam-diam ke arah Jimmy, memastikan Jimmy masih serius mengurus pekerjaannya, baru kemudian dengan suara pelan mencerit

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link