Bab 62
Aku terpaksa berhenti, lalu mundur dua langkah, menjaga jarak darinya. "Aku nggak mengerti apa maksudmu."
Sigit menahan diri untuk menjelaskan, "Kupikir setelah aku membongkar kedokmu kemarin, kamu akan sadar dan kembali ke jalan yang benar ... "
"Kamu nggak akan lagi mencari orang sembarangan untuk bermain sandiwara, hanya demi membuktikan bahwa kamu baik-baik saja setelah meninggalkan aku."
Aku tertawa mendengar ucapannya yang begitu percaya diri, seolah-olah menurutnya ...
Aku ini bukanlah pribadi yang mandiri.
Melainkan barang miliknya.
Segala yang kulakukan, semuanya demi dia.
Bahkan perasaan suka, marah, sedih, dan bahagiaku seolah-olah dikendalikan olehnya.
Aku mencibir. "Anggap saja yang kamu katakan itu benar."
Sigit mengangguk, seolah-olah bersikap bijak karena aku akhirnya menyadari kesalahanku.
Lalu, aku bertanya dengan santai, "Tapi, Wulan sudah masuk TK ini, sekelas dengan anakmu, sudah lebih dari dua tahun."
"Ayah Wulan juga setiap hari menjemputnya."
"Selama kamu mengan

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link