Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 699

Begitu Nindi selesai berbicara, sekelompok anak konglomerat segera menarik napas terkejut. Meskipun mereka semua telah mengetahui tentang kejadian itu dan melihat Serena yang hari ini tiba-tiba mengenakan celana panjang untuk menutupi pergelangan kakinya, tetapi tidak ada yang berani bertanya! Siapa sangka, Nindi ternyata begitu berani. Sesampainya di sana, dia langsung membicarakan masalah borgol kaki elektronik! Usai mendengarnya, Serena seketika merasa kepalanya seolah meledak. Wajahnya berubah menjadi merah keunguan, dan rasa malunya tak tertahankan. Serena yang telah kehilangan kendali seketika menerjang ke arah Nindi. "Kamu harus mati, jalang! Dasar kampungan!" Nindi sedikit memiringkan tubuhnya, membuat Serena kehilangan keseimbangan dan langsung ambruk ke bawah. Sewaktu terjatuh, borgol kaki elektronik di pergelangan kakinya langsung terlihat. Beberapa teman sekelas melihatnya, bahkan ada yang diam-diam mengeluarkan ponsel untuk memotretnya. Nindi melirik sekilas ke arah sana. "Oh, ini yang namanya borgol kaki elektronik, ya? Aku sih nggak sanggup pakai 'barang mewah' kayak gini, tapi kayaknya itu cocok buat kamu deh." "Nindi, aku bakal bunuh kamu! Aku nggak akan biarkan kamu mati dengan tenang!" ucap Serena. Serena bergegas menarik celana panjang untuk menutupi borgol kaki elektroniknya. Dia menatap orang-orang di sekitarnya dengan penuh kekesalan. "Apa lihat-lihat?! Awas saja kalau ada yang berani melihatnya, aku cungkil mata kalian! Biar kalian nggak bisa kuliah lagi di sini!" Semua mahasiswa seketika menundukkan kepala, tidak berani menatap Serena, khawatir menjadi target Nona Besar yang angkuh itu. Nindi menanggapi dengan tenang. "Serena, kayaknya kamu nggak pernah belajar dari kesalahan, ya? Kalau lain kali kamu masih berani melanggar hukum, siap-siap saja masuk penjara." Serena menatap Nindi dengan mata penuh amarah dan berkata dengan nada dingin. "Kalau gitu, aku pasti bakal seret kamu ke neraka bersamaku!" "Kalau gitu, aku juga bakal seret seluruh keluarga Morris. Kita hancur bersama saja!" ucap Nindi. Nindi tampak menatap ke arah Serena. "Kamu tahu nggak, Ibumu sampai menemuiku buat minta damai demi kamu?" Serena seketika marah hingga wajahnya memerah padam. Nindi mengabaikannya dan segera beranjak pergi. Galuh berjalan di sampingnya dan berkata, "Serena itu beneran gila. Kalau dibandingkan sama Sofia, wanita sosialita itu, sudah kayak bumi sama langit." "Sama saja kok, cuma Sofia sedikit lebih pintar, sementara Serena terlalu dimanja," ucap Nindi. Kali ini, Nindi sama sekali tidak berniat untuk mengalah. Namun, keluarga Morris juga mempersiapkan banyak rencana. Akhirnya, Serena tidak sampai dipenjara, melainkan hanya harus mengenakan gelang kaki elektronik. Akan tetapi, bagi Serena, rasa malu ini mungkin lebih menyakitkan daripada kematian. Ketika tiba di luar gedung, Nindi mendapati Yanuar tengah berdiri di sana. Dia hanya melirik sekilas dan berpura-pura tidak melihatnya, lalu beranjak pergi dari sana. Namun, jelas Yanuar datang untuk menunggunya. Dia melangkah mendekat dan menghentikan Nindi. "Aku mau ngomong berdua sama kamu." "Kita nggak kenal dekat, jadi nggak ada yang perlu diomongin berdua," ucap Nindi. Nindi enggan menghabiskan waktunya bersama dengan Yanuar. Namun, Yanuar terus mengejarnya dan tidak pergi, membuat Nindi terpaksa menatapnya. "Mau ngomong apa sih?" "Aku mau tahu gimana kabarnya Sania?" ucap Yanuar. "Kamu nggak lihat berita, ya?" tanya Nindi. Nindi menatap Yanuar dengan wajah yang tampak lesu. Dia tidak kuasa menahan diri untuk berpikir, 'Jangan-jangan cowok ini masih suka sama Sania?' Yanuar pun menengadah. "Beberapa hari ini aku dikurung di rumah, baru sekarang bisa balik ke kampus. Ibuku hampir mengajarku habis-habisan gara-gara Sania." "Coba deh baca berita tentang proyek AI Lesmana Grup. Kalau sudah, kamu nggak bakal tanya pertanyaan konyol kayak gini lagi," ucap Nindi. Nindi sempat mengira Yanuar adalah seorang playboy. Tak disangka, dia sungguh menaruh hati kepada Sania? Yanuar segera mengeluarkan ponselnya dan mencari informasi di internet. Seketika, ekspresinya berubah drastis. "Nggak! Ini nggak mungkin! Pasti keluarga Lesmana yang maksa dia, 'kan? Sania sendiri yang bilang kalau dia cinta mati padaku!" Mana mungkin Sania pacaran dengan Witan, bahkan sampai berencana untuk menikah? Nindi memperlihatkan ekspresi penuh ejekan. "Katanya cinta mati sama Sania, tapi, di pesta keluarga Ciptadi waktu itu malah kabur kayak pengecut!" Ekspresi Yanuar tampak sedikit canggung. "Waktu itu aku marah banget dan mikir dia beneran selingkuh. Tapi, dia sudah jelasin kalau semua itu karena dipaksa keluarga Lesmana." Selama dia dikurung, Ibunya membalas pesan Sania atas namanya dan mengusulkan untuk mengakhiri hubungan. Kini, dia telah diblokir oleh Sania dan tidak datang ke kampus. Nindi sangat meremehkan Yanuar, tipe pria anak mama yang sama sekali tidak bertanggung jawab. "Jangan ngomong sembarangan, aku nggak ada hubungannya sama keluarga Lesmana!" ucap Nindi.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.