Bab 706
Kini, bisnis keluarga Morris tak sehebat dulu, sehingga tak ada lagi yang menghormati keluarga itu. Alhasil, Serena harus terima dipasangi gelang kaki elektronik.
Sofia melanjutkan, "Bukankah kamu punya hubungan dengan Sania, anak angkat keluarga Lesmana? Bisa nggak kamu cari tahu bagaimana perkembangan proyek AI lewat dia?"
"Kak, bukankah kamu bilang mau kerja sama dengan keluarga Julian?"
"Keluarga Julian menolak."
Mata Sofia tampak sedikit memerah, "Dia menolaknya demi melindungi Nindi. Itu sebabnya dia nggak izinkan keluarga Morris terlibat."
Hal semacam ini tak akan pernah terjadi di masa lalu.
Sofia kembali menata ekspresinya, "Tapi keluarga Morris nggak akan menyerah begitu saja pada proyek sebesar ini."
Dirinya sendiri juga tak rela melewatkannya.
Di sisi lain.
Nindi melangkah masuk ke ruang pertemuan dan memandang Cakra yang tengah bersandar di kursinya. Wajah bagian sampingnya tampak luar biasa tampan.
Orang-orang di sekelilingnya pun berdiri dengan penuh hormat, mencoba menarik perhatiannya.
Saat itulah Nindi baru benar-benar merasa bahwa dirinya dan Cakra berasal dari dua dunia yang berbeda.
Dia tak melangkah ke arah Cakra, melainkan menuju Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa, terdapat beberapa mahasiswa dari jurusan jurnalistik juga berada di sana.
Begitu Nindi muncul, semua mata langsung tertuju padanya.
Bagaimanapun juga, semua orang tadi baru saja membicarakan dirinya. Dalam hati, mereka cukup iri karena Nindi kini sudah menjadi salah satu eksekutif di sebuah perusahaan besar.
Sang ketua pun menyapa, "Nindi, ada apa kok ke sini?"
"Ada satu hal, aku mau bicara langsung dengan ketua Klub Jurnalistik. Ini soal sebuah unggahan di forum kampus yang menyebarkan rumor kalau aku adalah simpanan seseorang."
Dia sudah melacak akun pengunggahnya. Ternyata, akun itu milik ketua klub jurnalistik sendiri.
Ketua klub jurnalistik itu berdiri. Sosoknya berkacamata dan berwajah teduh. Dia melangkah pelan ketika menghampiri Nindi, "Kamu mau ngomong apa?"
"Aku cuma mau bilang, sekarang aku punya penghasilan dari usahaku sendiri. Aku nggak kekurangan uang dan jelas tidak perlu menggantungkan hidupku pada pria mana pun. Sebagai orang jurnalistik, seharusnya kamu tahu etika. Jangan langsung menyimpulkan kalau wanita yang membawa tas mahal dan mengendarai mobil mewah pasti dibiayai oleh pria. Sudut pandangmu itu terlalu sempit."
Nada suara lawan bicaranya itu mulai meninggi, "Jadi, menurutmu aku berpikiran sempit? Kalau begitu, coba jelaskan, siapa pria dalam foto itu? Siapa yang mengantarmu pulang malam itu?"
"Aku nggak merasa perlu menjelaskan apa pun padamu. Aku cuma mau kamu tahu kalau mobil mewah, tas bermerek, semuanya bisa kubeli sendiri."
Nindi tak gentar sedikit pun, "Coba kamu pikir, kalau suatu hari kamu kasih ibumu hadiah mahal, lalu ada orang yang menuduh hadiah itu hasil dari hubungan gelap dengan wanita lain, bagaiamana perasaanmu?"
Wajah lawan bicaranya langsung memerah karena amarah, "Siapa yang tahu dari mana kamu dapat saham di perusahaan itu?"
"tentu saja hasil kerja keras. Dulu ponsel kalian juga mudah dibobol. Mudah saja kalau aku mau meretasnya. Tapi semua ini bukan sesuatu yang bisa didapatkan dengan mengandalkan pria."
Saat itu juga, Yanisha perlahan mendekat.
Galuh pun ikut maju ke depan, "Kalian cuma iri karena Nindi lebih hebat dari kalian. Kalian cuma sekumpulan pria yang nggak punya bakat dan kerjaannya bermain wanita! Bukannya bahas isu penting atau berani membongkar pelanggaran, malah sibuk dengan gosip nggak bermutu!"
Ketua klub jurnalistik merasa gusar, "Kita ini cuma mahasiswa."
"Kalian memang mahasiswa, Niindi juga mahasiswa, tapi bedanya dia pintar dan sudah punya proyek penelitiannya sendiri, sedangkan kalian? Tugas saja belum selesai, malah menyebar fitnah. Dasar payah."
Galuh memang sudah lama ingin meluapkan semua itu. Begitu sekarang mendapatkan kesempatan, mana mungkin melewatkannya, bukan?
"Nindi, maksud kalian apa, sih? Kenapa sampai hina pacarku? Dia itu sudah termasuk hebat, tahu! Pria memang dewasa lebih lambat, tapi nanti juga bakal berkembang, kok."
Nindi meliriknya, ternyata wanita yang tadi sempat menyudutkannya adalah pacar ketua Klub Jurnalistik.
Pantas saja dari tadi terus menyerangnya.
Galuh langsung membalas dengan tajam, "Pacarmu kan anak jurnalistik, ya? Tapi malah buat unggahan nggak benar buat menjelekkan Nindi. Apa itu nggak boleh dikritik?"
Wanita itu mendengus sinis, "Kalau itu fitnah, ya sudah. Nindi tinggal jelasin, dong. Siapa pria tua di mobil mewah itu?"
Nindi menjawab dengan dingin, "Aku nggak perlu menjelaskan apa pun. Tapi aku bisa bongkar bagaimana pacarmu mengatur forum kampus, asal mengunggah sesuatu, dan menyebarkan rumor jahat demi keuntungan pribadi. Dia nggak akan cuma terancam dikeluarkan, tapi juga kena tindak pidana!"
Jika dengan cara baik-baik tidak ditanggapi, sekarang saatnya dengan cara keras.