Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 1

Sahabatku, Lizania, meniduri pacarku. Ayahku adalah sopir keluarga mereka. Sejak kecil hingga sekarang, aku sudah terbiasa selalu mengalah padanya dalam segala hal. Karena memberi dengan sukarela selalu terasa lebih terhormat daripada direbut. Namun, mana mungkin di dunia ini selalu ada hal sebaik itu? Kali ini, kamu merebut pacarku, aku tidur dengan adikmu. "Kakak, biar aku bantu." Suara Aurelius terdengar di belakang telingaku, nadanya masih terdengar serak dan membawa rasa lelah khas orang yang baru bangun tidur. Aku duduk di tepi ranjang, tangan di belakang punggungku berhenti bergerak sejenak, lalu aku tersenyum. "Boleh, kebetulan tangan Kakak memang masih pegal," kataku. Orang di belakangku mendekat sedikit, aku jelas bisa merasakan napasnya tertahan sesaat ketika menyentuhku. "Aku salah, Kak, semalam benar-benar nggak bisa menahan diri ...." Suaranya terdengar sedikit memelas, dominasi dan keganasan yang dirinya tunjukkan di ranjang tadi malam kini lenyap tanpa tersisa, persis seperti anak anjing kecil yang patuh sambil menundukkan kepala mengaku salah. Aku menoleh, membungkuk sedikit lalu mengecup sudut bibirnya, "Sudah, sudah, aku juga nggak menyalahkanmu." Melihatnya mengembuskan napas lega, aku pun kembali mendesaknya, "Bukankah katanya mau membantu? Cepat sedikit, Kakak masih harus berangkat kerja." Nada bicaraku terdengar seperti keluhan manja. Namun Aurelius sangat termakan oleh cara ini. "Baik!" Dirinya langsung bangun dan duduk tegak di atas ranjang, tampak sangat bersemangat, meski gerakannya tetap hati-hati. Dirinya berputar ke belakangku, napasnya berembus ke telingaku hingga terasa geli, "Kak Yunida, ini ... ini memang begitu, ya?" Aku menoleh ke belakang, terlihat olehku Aurelius masih bertelanjang dada, rambutnya yang hitam legam terurai ke dahi, garis otot di lengan dan perutnya tampak halus dan proporsional. Itu hasil dari kebiasaan berolahraga dalam jangka panjang. Rambutnya masih sedikit berantakan, sudut mata dan pangkal telinganya menyisakan rona merah yang hampir memudar, penuh dengan jejak dan bukti dari pesta nafsu semalam. Aku tertawa kecil dalam hati. Aurelius yang muda, tampan, kaya, dan mudah ditipu seperti ini, pengalaman pertamanya justru terjadi tadi malam. Hal itu sungguh di luar dugaanku. Andaikan Lizania tahu aku telah berhubungan dengan adiknya .... Apakah para orang tua kolot di rumah itu cukup kuat untuk menahan amarahnya? Terakhir kali melihat Lizania benar-benar meluapkan emosinya, rasanya sudah sangat lama sekali. Memikirkan hal itu, perasaanku pun makin lega, bahkan diam-diam menyimpan sedikit rasa menantikan. Di depan cermin besar, aku cepat merias wajah dan merapikan barang-barangku. Aku lalu mengenakan sepatu hak tinggi dan meninggalkan apartemen Aurelius.
Previous Chapter
1/16Next Chapter

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.