Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 4 Apakah Kamu Memiliki Hati Nurani!

Evelyn yang berada di lantai dua tersenyum pahit. Adik? Pernikahan selama 7 tahun dan malam-malam yang penuh dengan cinta, pada akhirnya malah digantikan dengan kata adik. Meskipun sudah bertekad untuk melepaskan hubungan ini, hati Evelyn masih terasa sakit. Suasana di ruang tamu sangat sunyi. Carmel menatap Devan dengan tatapan tidak percaya, lalu menatap Sisca yang berada di sampingnya. Sisca menggigit bibirnya erat-erat, seolah-olah adegan ini membuatnya merasa sedih dan bersalah. Carmel menunjuk Devan, lalu berkata dengan marah. "Devan! Sejak kapan kalian bersama? Kamu anggap putriku jadi apa?" "Kamu bilang mau nikah dan nggak jadi nikah dengan sesuka hatimu? Sekarang kamu mau menikah dengannya?" Carmel tiba-tiba menunjuk Sisca, dia sangat marah sampai seluruh tubuhnya bergetar. "Sisca! Sejak kamu pulang dari luar negeri, apakah Keluarga Samon memperlakukanmu dengan buruk? Beginikah caramu balas budi pada kami?!" "Apakah kamu nggak merasa malu dengan Evelyn? Dia anggap kamu jadi saudara kandungnya, memperkenalkan sumber daya dan temannya. Kenapa kamu bertindak seperti ini!" "Di mana hati nuranimu? Di mana ilmu yang kamu pelajari di luar? Apakah kamu nggak paham prinsip moral dasar menjadi manusia?!" Evelyn mengerutkan keningnya. Dia tidak pernah melihat ibunya semarah ini. Dalam ingatannya, Carmel adalah wanita yang lembut dan bermartabat dari keluarga kaya. Dia memperlakukan orang lain dengan sopan, berbicara dengan lembut, tidak pernah marah di depan orang lain dan juga tidak pernah mengucapkan kata-kata yang kasar seperti ini. Terlihat jelas jika Carmel benar-benar marah dan sedih karena hal ini. Evelyn berkata pada pelayan di belakangnya. "Dorong aku ke bawah." Di tengah ruang tamu, rongga mata Sisca memerah. Dia menatap Carmel, lalu berkata sambil tersedak, "Bibi, maaf. Aku nggak pernah berpikir untuk merusak pernikahan Evelyn, tapi aku ... benar-benar nggak bisa mengendalikan perasaanku ...." Devan segera berdiri di depan Sisca. "Bibi, ini bukan salahnya. Akulah yang menyukainya lebih dulu, hal ini nggak ada hubungannya dengan Sisca." Carmel tertawa dengan marah, lalu menoleh untuk melihat suaminya yang terus terdiam. "Victor, bicaralah! Kamu adalah seorang kepala keluarga, bagaimana kamu mau urus hal ini?" Victor Samon hanya tersenyum dengan canggung, tidak terdapat amarah apa pun di wajahnya. Dia berkata, "Carmel, jangan marah. Kita bisa bicara dengan baik-baik." Setelah itu dia menatap Devan dengan tatapan kagum. "Devan, masalah ini ... memang sangat mendadak. Tapi perasaan anak muda memang nggak bisa ditebak." "Hal yang dipaksakan nggak akan berakhir dengan baik. Kamu dan Evelyn nggak berjodoh, tapi kamu menyukai Sisca sekarang, bisa jadi kalian sudah ditakdirkan sejak awal." Carmel sama sekali tidak berani memercayai pendengarannya! Dia menatap Victor dengan tatapan kecewa dan penuh dengan amarah. "Victor! Apakah apa yang kamu bicarakan adalah ucapan manusia?!" "Pernikahan putrimu dibatalkan, calon suaminya juga direbut! Kamu yang merupakan seorang ayah bukannya cari keadilan untuk putrimu, tapi malah bilang masalah takdir? Apakah kamu masih punya hati!" Victor merasa sedikit malu karena dituding oleh istrinya di depan umum. "Carmel! Perhatikan ucapanmu!" Victor bersikap seperti orang yang mempertimbangkan situasi secara keseluruhan. "Biarkan anak muda urus masalah mereka sendiri, untuk apa kita ikut campur?" "Apakah kamu baru mau berhenti setelah memisahkan mereka dan buat semua orang malu?" Victor kembali menatap Devan dan Sisca, nada bicaranya melembut. "Devan, Sisca, jangan merasa tertekan. Kedua belah pihak harus saling suka dalam masalah hubungan, Paman bisa memahami kalian." Carmel menunjuk Victor sampai tidak bisa berkata-kata. Pada saat ini pintu lift terbuka, Evelyn yang duduk di kursi roda didorong keluar oleh pelayan.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.