Chapter4

Aku memohon dengan suara bergetar, tetapi tangannya sudah menjelajahi punggungku yang mulus, membuat seluruh tubuhku lemas. "Apa yang kamu takutkan? Sekali mencobanya, kamu pasti akan menyukaiku!" Kata-kata Paman Widodo membuat wajahku memerah dan jantungku berdetak kencang. Dia mencengkeram tali gaunku, merobeknya dengan mudah, membuat kulitku yang putih terpampang. Pria ini benar-benar brutal! "Tasya sudah cukup nakal, jadi dia nggak perlu minum lagi, 'kan?" Ayah tiriku menatapku dengan tatapan yang sedikit memanjakan. "Nakal? Aku suka yang lebih nakal!" balas Paman Widodo. Paman Widodo mencubit daguku, lalu mengarahkan obat merah muda ke bibirku. Aroma asing menyerbu hidungku. Aku tanpa sadar ingin mendorongnya, tetapi Paman Widodo memasukkan obat itu ke dalam mulutku dengan paksa. Obat itu menyebar di mulutku, sementara sensasi yang tak terlukiskan membuat seluruh tubuhku memanas. Aku tak kuasa menahan erangan. "Ah ...." Kedua kakiku lemas tak terkendali, bahkan pikiranku pun kabur. Yang aku pikirkan hanyalah aku ingin dimiliki olehnya. "Paman ... Paman Widodo, kamu ... kamu jahat sekali ...." Aku bergumam, tetapi tubuhku sudah sepenuhnya rileks, membiarkan pria itu membelai punggungku. Pantat kecilku dicubit begitu keras hingga terasa sakit, tetapi aku hanya merasakan sensasi geli di seluruh tubuhku, seperti tersengat listrik. "Jahat? Ini belum seberapa!" Paman Widodo mengatakan ini sambil melemparkan beberapa pil biru ke dalam mulutnya. Kemudian, dia menggendongku, mulai menciumku dengan penuh gairah. Aku merasa benar-benar kehilangan kendali. Hasrat di tubuhku melonjak, sementara aku mengeluarkan erangan yang lebih keras. Kedua kakiku terbuka tanpa sadar untuk menyambut belaiannya. Tangan Paman Widodo menjelajahi area sensitifku, membuat napasku lebih terengah lagi. "Hadi, kamu juga ikutlah!" kata Paman Widodo kepada ayah tiriku. "Ayo kita menikmati saat-saat indah ini bersama!" Ayah tiriku juga menelan beberapa pil, lalu bergabung dalam pesta penuh hasrat ini.