Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Chapter5

Ini benar-benar sangat menggairahkan! Aku benar-benar tenggelam dalam pelukan Paman Widodo, menikmati kenikmatan terlarang ini. Gelarku sebagai wanita jalang kecil sepertinya tidak akan bisa lepas! "Hadi, lihat betapa patuhnya Tasya." Suara Paman Widodo terdengar bangga, seolah sedang pamer di hadapan ayah tiriku. Ayah tiriku berdiri di ambang pintu, matanya dipenuhi ketamakan dan hasrat ketika menatap kami sambil menelan ludah. "Ya, Tasya, kamu benar-benar luar biasa," kata ayah tiriku. Paman Widodo meremas dadaku yang berukuran 36E, lalu menerkamku dan mulai beraksi. Dia juga menyuruh ayah tiriku untuk meminum obat dan bergabung dengan kami. "Aku juga boleh?" Ayah tiriku menatap kami dengan tamak. Hasrat yang bergelora membuatku linglung. Telingaku sampai berubah memerah, juga terasa sangat panas. "Hehe, apa kamu nggak mau? Jangan bicara omong kosong lagi!" Setelah mendengar kata-kata Paman Widodo, ayah tiriku buru-buru meminum obat yang diberikan olehnya, lalu menerkamku sama seperti Paman Widodo. Aku dikelilingi oleh mereka. Ayah tiriku memelukku dari belakang, napasnya menerpa leherku. Sementara itu, Paman Widodo mencium daun telingaku, sekaligus membuka braku. Aku sepenuhnya tenggelam dalam elusan dan sentuhan mereka, hingga tubuhku menjadi sensitif dan penuh hasrat. "Hehe, Tasya, apa kamu suka?" Suara rendah Paman Widodo terdengar di telingaku. Dia sepertinya sangat menikmati reaksiku. Aku hanya bisa mengangguk malu, sementara tubuhku sudah sepenuhnya menyerah pada hasrat mereka. Memori selanjutnya agak kabur. Aku hanya ingat diriku sepenuhnya bekerja sama dengan gerakan mereka, menikmati kenikmatan yang mereka berikan. Saat aku tersadar kembali, Paman Widodo sudah pergi. "Tasya, apa kamu baik-baik saja? Widodo benar-benar terlalu ganas. Dia membuatmu jadi sekacau ini." Ayah tiriku menatapku dengan tatapan cemas, bahkan ada sedikit rasa bersalah di matanya. Aku merasa seperti baru saja ditabrak. Seluruh tubuhku terasa sakit, tetapi ada kepuasan yang tak terlukiskan. Selama beberapa hari berikutnya, ayah tiriku merawatku dengan baik, sampai akhirnya aku pulih kembali. "Tasya, meskipun Ayah merasa sangat berat hati melepaskanmu, Widodo ingin kamu bekerja di perusahaannya. Ayah juga nggak bisa melakukan apa-apa," kata ayah tiriku dengan nada pasrah. Aku tahu Paman Widodo merasa sangat puas denganku. Dia ingin aku menjadi asisten pribadinya, yang juga berarti teman bermainnya. "Aku nggak mau!" Ketika mengingat kebuasan Paman Widodo, aku menjadi takut. Ayah tiriku menggenggam tanganku sambil menghiburku, "Dengarkan Ayah, pergilah sebentar saja. Ayah akan menjagamu." Tangannya tanpa sengaja membuka kerah bajuku, memperlihatkan kulitku yang seputih salju. Mata ayah tiriku menjadi panas, lalu dia menerkamku. Di bawah bujukan dan buaian ayah tiriku, aku setuju untuk pergi ke perusahaan Paman Widodo. Aku memulai kehidupan sebagai mahasiswi sekaligus sebagai asisten secara bersamaan.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.