Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 270

Sambil terus melakukan penekanan dada, Sania menangis dan berteriak, suaranya serak seperti alat penghasil angin tua yang sudah rusak. Keringat dan air mata membasahi seluruh wajahnya, tetapi dia tidak sempat mengusapnya. Eko tetap tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Di belakangnya, suara pertempuran semakin brutal. Bunyi pukulan menghantam tubuh, suara tulang retak, dan jeritan musuh menjelang ajal, semuanya bercampur menjadi satu simfoni kekacauan. Sania bisa merasakan tanah bergetar pelan. Tiga pria bertopeng berdiri seperti dewa perang, menjaga punggungnya tanpa celah. "Hati-hati!" Tiba-tiba, Bernard menerjang ke arahnya, memeluk tubuhnya dan langsung menahan peluru dengan bahunya. Peluru itu menembus bahu kiri Bernard. Seragam tempurnya yang gelap menjadi semakin kelam karena cairan merah, menempel erat pada otot-otot yang menonjol. Meskipun demikian, dia seolah tidak merasakan sakit, berbalik dan menyerang balik dengan kejam dan tegas, seolah ingin mencabik musuh-musuhnya. S

Locked chapters

Download the Webfic App to unlock even more exciting content

Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.