Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 7

Satu jam setelah operasi selesai, Lana duduk di ranjang sambil melihat materi pertukaran akademik. Tiba-tiba, Jodi muncul di depannya. "Bagaimana perasaanmu, sudah lebih baik?" Dia muncul dengan tenang, membawa bubur yang sebelumnya dibeli untuk Wendy dari toko yang sama. Perut Lana terasa mual, tidak mengerti maksud kedatangannya. "Apa yang ingin kamu katakan?" "Akhir-akhir ini aku memang agak lalai padamu. Kamu tahu Wendy keluarganya kurang mampu, nggak punya rasa aman, sendirian di luar, aku selalu membantu sebisa mungkin. Lagi pula, bukannya kamu juga pernah bilang? Berbuat baik itu untuk menimbun pahala untuk diri sendiri. Aku ini memikirkan masa depan kita." Benar. Dulu Lana memang pernah bilang begitu. Dan dia selalu berusaha menjalankannya. Oleh karena itu dia menyelamatkan Jodi, juga dengan sukarela membantu Wendy yang berasal dari keluarga miskin. Namun, semua itu hanyalah lelucon belaka! Melihat Lana diam, Jodi melanjutkan. "Lagian, kalau bukan karena kamu biasanya begitu keras pada Wendy, dia juga nggak akan setakut ini." Sikap keras pada Wendy itu karena belajar kedokteran memang berat. Banyak kasus murid berprestasi lahir dari guru yang tegas. Dia hanya ingin menggunakan ilmu seumur hidupnya untuk mengangkat Wendy dari lumpur. Namun, bukannya maju, Wendy malah mencoba jalan pintas untuk naik jabatan. Lana berkali-kali melihat Wendy mencoba menggoda keluarga pasien yang agak berada, atau bahkan atasannya. Merusak keluarga orang lain. Sungguh aneh jika orang seperti itu bisa berhasil. Apakah Wendy benar-benar menyukai Jodi? Tidak, saat ini karena Jodi punya sedikit nama di dunia bisnis, dan punya sedikit uang. Jodi juga berpakaian rapi, dan berwajah tampan. Wajar jika Wendy menjadikannya target. Tentu saja, semua itu tidak ada hubungannya dengan Lana sekarang. Lana tetap mengabaikannya. Reaksi ini membuat Jodi mulai tidak sabar. Dia melirik Hans. Hans maju dengan enggan. "Mama, jangan marah. Kalau begitu aku akan membiarkan Mama cium aku sekali saja." Dia menutup mata, menunjukkan ekspresi rela berkorban. Sejak kecil Hans punya kecenderungan obsesif-kompulsif dan tidak dekat dengan orang lain. Dia bahkan enggan dipeluk Lana. Awalnya, Lana mengira Hans bersikap seperti itu pada semua orang. Dia baru tahu setelah baru saja melihat anak itu dengan manja memberi Wendy anggur. Bukan tidak dekat, tetapi karena mereka tidak memiliki hubungan darah. Bagaimana bisa dekat? Sekarang, bocah itu bahkan mau dekat demi Wendy. Namun, sudah terlambat. Saat mengetahui Hans bukan anak kandungnya, Lana pun tidak bisa lagi menyukainya. "Nggak perlu. Kalau ada yang ingin kalian katakan, langsung saja." Tidak ada asap kalau tidak ada api. Mana mungkin Jodi datang ke kamar Lana untuk merawatnya? "Sebentar lagi akan ada pertemuan orang tua murid di sekolah Hans. Kondisimu sedang nggak baik, bagaimana kalau Wendy saja yang menggantikanmu pergi?" Begitu dia mengucapkannya, Lana tersenyum. Ternyata begitu. Wendy tidak hanya ingin menggantikan posisi istri, sekarang juga ingin menggantikan posisi ibu. Baiklah. Lagi pula, dia tidak menginginkan kedua posisi itu. Kalau begitu, biarlah semua itu menjadi sampah Lana untuk didaur ulang. Jodi mengerutkan kening. "Kamu kenapa tertawa?" "Baiklah, biarkan dia pergi." Kata-kata Lana membuat Jodi agak bingung. "Kamu nggak marah?" "Nggak marah. Kalian semua memikirkan aku, kenapa aku harus marah." Jodi terus merasa wanita di depannya agak aneh, tetapi tidak bisa menjelaskannya. Mungkin Lana sudah memikirkannya. Begitu juga baik. Jodi menghela napas. "Tenang saja, hanya pertemuan orang tua murid, nggak akan terjadi apa-apa." Dia ingin menenangkan dengan menepuk bahu wanita itu. Namun, Lana menghindar. Telapak tangan Jodi melayang di udara. Jodi tertegun sejenak, tanpa sadar merasa agak kehilangan.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.