Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 7

"Nggak, kita harus bawa Keisha dulu ke rumah sakit. Aku nggak mau dia sampai kenapa-kenapa. Nggak ada yang lebih penting selain keselamatannya!" Teriakan panik dan tidak sabaran Marvin jadi suara terakhir yang Alisya dengar sebelum hilang kesadaran. Dia seperti ditelan dalam kegelapan. Rasanya seperti sedang bermimpi buruk yang sangat panjang. Setelah terbangun dari mimpi buruk itu, kedua matanya melihat Gina yang sudah berkaca-kaca. "Alisya, aku baru pulang dari luar negeri tapi langsung dapat kabar kalau kamu kecelakaan dan dirawat di rumah sakit. Dokter bilang kamu pendarahan hebat dan nyaris nggak tertolong. Aku takut banget!" Semua kekecewaan yang selama ini Alisya pendam dalam hati langsung meluap begitu melihatnya. Kedua matanya ikut berkaca-kaca dan ingin memeluk Gina. "Jangan takut, aku nggak apa-apa ... " Entah sudah berapa lama dua sahabat itu berpelukan erat, sampai akhirnya Gina menuangkan segelas air dan menyuapkannya sampai habis ke Alisya. Dia teringat pesan dokter tadi, makanya sengaja memilih topik ringan saat mengobrol. "Gimana kabarmu beberapa tahun ini? Kakakku nggak pernah menindasmu, 'kan? Bukannya kamu sudah punya pacar? Kapan mau dikenalkan padaku? Aku harus melihatnya baik-baik. Kalau dia jahat padamu, aku nggak akan merestui kalian." Raut wajah Alisya membeku seketika. "Pak Marvin orangnya profesional dan nggak pernah menindasku, kok. Soal pacar ... kami sudah putus." Gina tidak menyangka Alisya dan pacarnya bisa putus secepat ini. Takut Alisya jadi sedih, dia pun buru-buru menghiburnya. "Nggak apa, ingat kata pepatah dulu, mati satu tumbuh seribu. Aku kenal banyak pria tampan, nanti biar aku kenalkan." Sebelum dia bisa lanjut bicara, pintu ruangan rawat inap sudah terbuka dari luar. Sosok Marvin berjalan masuk dengan wajah muram. "Kenalkan apanya? Nggak boleh. Pria-pria tukang main perempuan yang kamu kenal itu nggak ada yang cocok dengannya." Gina langsung memanyunkan bibir mendengar penolakan mentah-mentah barusan. "Tukang main perempuan apanya? Kakak jangan asal bicara. Dia cuma pernah pacaran dua atau tiga kali. Kamu kira semua orang setia sepertimu, yang cuma cinta sama satu wanita bernama Keisha itu. Lagi pula, aku kan mencarikan pacar untuk sahabatku, kenapa Kakak ikut campur segala." Marvin langsung emosi dalam hati, dan itu tersirat jelas dari nada bicaranya. "Sudah kubilang nggak boleh ya nggak boleh. Urusan hati itu nggak bisa dipaksa. Kamu jangan asal menjodohkan orang." Benar, perasaan memang tak bisa dipaksakan. Sayangnya, Alisya butuh waktu empat tahun untuk menyadari ini. Alisya tersenyum tanpa suara. Dia lalu menarik Gina dan menatap Marvin dengan tenang. "Gina cuma bercanda. Pak Marvin ada urusan apa ke sini?" Marvin sedikit lega saat melihat Alisya selamat. Dia datang ke sini karena mau melihat kondisi Alisya. Tapi malah bicara sebaliknya. "Nggak apa-apa. Gina dengar kamu kecelakaan dan langsung ke rumah sakit setelah turun dari pesawat. Aku ke sini mau mengajaknya pulang sekalian menengokmu." "Sudah, Kak. Nanti malam aku pulang. Kakak pergi saja dulu. Alisya luka parah, Kakak jangan memberinya pekerjaan dulu." Usai bicara begitu, Gina mendorong kakaknya keluar. Kini hanya ada dia dan Alisya saja di dalam kamar rawat. Gina lalu memuji Marvin. "Kakakku memang terlihat galak, tapi dia sebenarnya peduli padamu. Kata perawat, nyawamu benar-benar di ujung tanduk kemarin. Kakakku sampai mencari pasokan darah di seluruh kota demi menyelamatkanmu."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.