Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 6

Alisya beberapa hari dirawat di rumah sakit, tapi Marvin tidak datang menjenguknya lagi. Pria itu hanya menyuruh asistennya menyampaikan pesan, meminta Alisya beristirahat dengan baik dan kembali kerja kalau sudah sembuh. Alisya juga tidak mau memaksakan diri. Dia baru keluar rumah sakit saat sudah merasa benar-benar pulih. Selama itu pula, grup kantor terus heboh membahas hubungan Marvin dan Keisha. Pria itu menyewa taman bermain selama seminggu untuk merayakan ulang tahun Keisha. Bahkan menyalakan kembang api selama tiga hari berturut-turut. Dia juga mengajak wanita itu ke jamuan keluarga. Bahkan memberikan gelang yang hanya diwariskan pada menantu keluarga secara turun-temurun. Marvin juga membeli sebidang tanah dan akan membangunnya jadi arena ski pribadi. Tempat itu juga akan diberi nama yang berkaitan dengan nama Keisha ... Alisya melihat semua berita itu dengan tenang. Dia tidak lagi merasa sakit hati. Setelah keluar dari rumah sakit, dia kembali bekerja dengan teliti dan disiplin seperti biasa. Tapi kalau ada pekerjaan yang mengharuskan Marvin turun langsung, dia akan meminta rekan-rekan sekretaris lain yang mengurusnya. Setelah hidupnya terbilang tenang selama seminggu, Marvin meneleponnya lagi. Alisya hendak pergi setelah mengantarkan dokumen yang pria itu minta. Tapi Marvin malah memanggilnya. "Aku harus pergi rapat. Keisha nggak suka makan sendirian, temani dia di sini." Raut wajah Alisya sontak membeku. Dia mau menolak, tapi Keisha malah sudah menyuruh-nyuruhnya seperti biasa. "Aku suka udang, tolong kupaskan sepiring udang." Marvin menutup pintu ruang kerjanya, dan Alisya cuma bisa menelan kembali kata-katanya. Dia kemudian berjalan mendekati meja makan. Setelah mengupaskan sepiring udang, Keisha menyuruh orang membawakan semangkuk kacang kenari dan nangka. "Aku masih mau makan buah setelah makan malam. Karena nggak ada alat, jadi pakai tangan saja." Melihat kulit buah yang penuh duri dan kulit kacang kenari yang keras, Alisya makin terdiam. Dia tahu Keisha sengaja mau menyiksanya. Tapi dia juga tidak punya pilihan lain dan hanya bisa menurut. Tangannya sampai luka dan berdarah setelah membuka nangka serta mengupas kenari. Tapi Keisha masih belum puas. Wanita itu menyuruhnya ke dapur dan mengambilkan sup. Sup yang baru diangkat dari kompor itu begitu panas, tangan Alisya sampai memerah saking panasnya. Rasa sakit yang tidak tertahankan itu membuatnya tidak sanggup lagi memegangi mangkuk. Sup panas itu pun jatuh mengenai tubuhnya. Sup itu masih mengepul, dan dalam hitungan detik, tangan Alisya sudah melepuh. Perihnya mulai menyebar, Alisya menggigit bibirnya keras-keras untuk menahan erangan kesakitan. Keisha terlihat sangat senang melihat Alisya yang terjatuh di lantai. Detik berikutnya, saat melihat pintu terbuka, Keisha langsung menyembunyikan tawanya dan pura-pura marah. "Kata Marvin, kamu hebat. Tapi membawakan semangkuk sup saja malah kamu jatuhkan. Tanganku jadi ikut kepanasan." Marvin yang mendengarnya pun panik, dia langsung lari menghampiri Keisha. "Mana tanganmu yang kena sup panas? Coba kulihat, sakit nggak?" Keisha mengangkat tangannya yang barusan dia cubit sendiri sampai merah. Dia menunjukkannya ke Marvin sambil pura-pura menangis. "Cuma terciprat saja, nggak tahu nanti berbekas atau nggak." "Kamu ini kenapa, sih? Keisha itu dari kecil sudah dimanja dan nggak pernah luka. Cuma disuruh bawakan semangkuk sup saja malah membuatnya sampai terciprat sup panas. Masa kamu nggak bisa berdiri menjauh sedikit ... " Wajah Marvin menggelap, dia tidak tahan untuk memarahi Alisya. Tapi saat melihat luka di tubuh wanita itu, dia tidak sanggup melanjutkan kalimat kejamnya. Akhirnya, dia menggendong Keisha dan pergi untuk mengobati luka wanita itu. Sebelum pergi meninggalkan rumah, Marvin melihat Alisya masih terdiam di tempat. Dia pun memanggilnya dengan suara berat. "Ayo ikut ke rumah sakit sama-sama." Alisya mencoba menahan sakitnya dan ikut naik ke mobil. Sepanjang perjalanan, Marvin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Keisha tidak mau ketahuan kalau sedang pura-pura, makanya dia sesekali merintih kesakitan. Hati Marvin terasa perih mendengar rintihannya. Dia jadi sering menoleh ke arah Keisha. Karena tidak fokus menyetir, dia jadi tidak melihat ada mobil sport yang melaju kencang ke arah mereka. Suara tabrakan keras terdengar saat dua mobil tersebut bertabrakan. Karena tabrakan itu, tubuh Alisya sampai membentur mobil. Organ dalamnya seperti bergeser dan disusul nyeri hebat di sekujur tubuh. Darah segar mengucur deras, mengubah dunia di pandangannya jadi merah semua. Tubuh Alisya gemetar hebat. Dia berusaha membuka matanya dengan susah payah. Kemudian melihat Marvin menggendong Keisha turun dari mobil. Suara sirene ambulans terdengar dari jauh. Dalam keadaan setengah sadar, Alisya bisa mendengar suara dua orang. "Pak, wanita ini cuma pingsan karena syok. Korban di kursi belakang pendarahan hebat, lukanya lebih parah. Dia bisa meninggal kalau nggak segera dibawa ke rumah sakit."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.