Bab 45 Licik dan Penuh Perhitungan
Andai dulu dia mengatakan semua ini, mungkin aku akan merasa terharu. Namun saat mendengarnya sekarang, yang kurasakan justru hanyalah mati rasa.
Aku menatapnya dan merasa lucu, tak ingin berkata apa-apa lagi.
Rumah Keluarga Desta.
Matahari musim gugur tampaknya begitu disukai. Bu Frida duduk berjemur dengan santai di kursi goyang di halaman, menikmati suasana dengan tenang. Saat aku datang bersama Varrel, dia masih memejamkan mata seolah sedang beristirahat.
Paman Rino menyuruh seseorang membawa dua kursi dan menuangkan dua cangkir teh hijau untuk kami. Setelah itu, dia berdiri di samping Bu Frida dan berkata pelan, "Bu Frida, orangnya sudah datang."
Mendengar suara itu, Bu Frida perlahan membuka matanya dan menoleh ke arah kami. Dia terlebih dahulu berbasa-basi dengan Varrel, lalu menanyakan beberapa hal padaku, semuanya hanyalah pertanyaan sepele yang tak begitu penting.
Beberapa saat kemudian, dia baru mencari alasan agar Varrel pergi.
Lalu dia menatapku dan berkata, "Tentang ayahm

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link