Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 216

Mulut Albert tidak pernah berbelas kasihan. Jovian diam beberapa detik dan memijit pelipisnya, "Setengah jam lagi sampai." Albert menutup telepon, mengambil tisu untuk menyeka keringat Sally. Sally tidak tahu sedang mimpi buruk apa, air matanya perlahan mengalir. Jari Albert terhenti, ini bukan pertama kalinya dia melihatnya menangis, kenapa air matanya bisa sebanyak ini? Sally tenggelam dalam mimpi buruk lama. Dia bermimpi mengambil jagung yang digantung di balok rumah untuk dimakan karena kelaparan. Bermimpi dua kakaknya sudah menikah, mimpi ruang bawah tanah gelap dan kandang binatang bau. Meskipun itu kejadian belasan tahun lalu, mimpi buruk itu tidak pernah pergi. Dia menggigit bibir sampai hampir berdarah. Lalu bermimpi Indira menariknya, berlari melewati gunung tidak berujung, sampai matahari terbenam. Angin bebas menyapu wajah, tapi menusuk dan dingin. "Kalau kita lolos dari sini, kamu nggak boleh dipanggil Puput lagi, Ibu dulu bilang itu bukan nama yang bagus." "Nanti aku paka

Locked chapters

Download the Webfic App to unlock even more exciting content

Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.