Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 2

Pada saat yang sama, di dalam ruang VIP sebuah klub eksklusif, Hardy menatap layar ponselnya dengan kening berkerut. Dia sudah membayangkan bahwa gadis itu akan menangis atau membuat keributan, tetapi sama sekali tidak menyangka reaksinya justru setenang ini. "Dia membalas apa?" Salah satu temannya mendekat, lalu langsung membelalakkan mata. "Cuma ... cuma satu kata 'Oke'?" "Aneh," sahut teman lain sambil mengelus dagu. "Mengingat betapa tergila-gilanya gadis kecil itu padamu, reaksinya seharusnya nggak akan setenang ini ... " Sekelompok orang itu kebingungan, tetapi tak lama kemudian, seseorang dari mereka teringat sesuatu dan tiba-tiba tersadar. "Astaga, jangan-jangan dia sempat datang ke sini barusan, lalu menguping pembicaraan kita di depan pintu? Dia sudah tahu anak itu palsu, pernikahan itu juga palsu, makanya sekarang berpura-pura nggak peduli!" Setelah mendengar analisis mereka, kerutan di dahi Hardy jadi makin dalam. Sesuai dengan watak gadis itu sebelumnya, menunggu bertahun-tahun, dan mengetahui dia sudah menyukai orang lain bahkan punya anak, Yasinta pasti akan meledak dan membuat keributan. Kalau sekarang dia bisa begitu tenang, pasti karena sudah mengetahui semuanya, dan sengaja memainkan trik tarik-ulur untuk mengendalikan keadaan. Beberapa temannya pun langsung setuju dengan pendapat itu dan ramai-ramai memberi saran. "Kalau begitu, Hardy, kamu terus saja berakting dengan Sheila. Ini kesempatan langka untuk mempererat hubungan. Lagi pula gadis kecil itu pasti belum sepenuhnya menyerah, begitu kalian benar-benar bersama, mau tak mau dia akan merelakannya." "Benar, sikap Yasinta nggak penting. Yang penting sekarang kamu memanfaatkan momentum untuk mendapatkan orang yang kamu cintai. Begitu semuanya jadi kenyataan, semua masalah akan beres dengan sendirinya." Saat mereka sedang asyik mengobrol, Yonan mendorong pintu dan masuk, pandangannya langsung tertuju pada Hardy. "Hardy, keluar sebentar. Aku ingin bicara denganmu soal Yasinta." Apa dia mengadu pada kakaknya? Hardy mengangkat pandangan dengan malas, baru saja akan bicara, ponselnya berdering. [Hardy? Kamu ada waktu sekarang? Bukannya kita sepakat berakting untuk adik perempuan temanmu? Aku ingin kamu temani aku memilih beberapa perlengkapan bayi, biar aktingnya terlihat lebih meyakinkan.] Mendengar suara lembut Sheila, Hardy langsung menyetujuinya tanpa berpikir panjang. Dia segera berdiri dan pergi, hanya meninggalkan satu kalimat pada Yonan. "Nanti saja kita bahas, hari ini aku ada urusan." "Sebentar saja ... " Melihatnya pergi dengan tergesa-gesa, Yonan masih ingin memanggilnya, tapi sudah dicegah oleh beberapa temannya. "Sudahlah, Kak Yonan. Hardy sedang buru-buru menemui orang yang dia sukai, jangan ditahan lagi." "Ya, kamu juga tahu dia suka sama Sheila. Setelah menunggu bertahun-tahun akhirnya punya kesempatan untuk menyatakan perasaan. Untuk selanjutnya, sebaiknya kamu jangan lagi menjodohkan adikmu dengan dia." Mendengar nasihat mereka, Yonan mengerutkan kening. "Aku nggak bermaksud begitu." Sebenarnya dia ingin memberi tahu Hardy bahwa adiknya sudah berpikir matang, berencana pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studi, dan tidak akan lagi mengganggunya di masa depan. Setelah beristirahat semalam, Yasinta keluar untuk mengurus visa. Petugas mengatakan bahwa paling cepat, persetujuan bisa keluar dalam waktu dua minggu. Setelah beristirahat di rumah selama dua atau tiga hari, tibalah hari ulang tahun sang kakak. Yonan menyukai suasana ramai dan setiap tahun selalu mengadakan jamuan. Yasinta berganti gaun lalu datang menghadiri acara itu. Aula dipenuhi tamu dan suasananya sangat meriah. Sekelompok teman kakaknya pun semuanya hadir. Yasinta tidak ingin berhadapan langsung dengan mereka, jadi dia sengaja menghindar. Tak lama kemudian, Hardy muncul di hadapan banyak orang, satu tangan merangkul Sheila, tangan lainnya menggendong seorang anak. Melihat wajahnya yang tampak begitu puas dan berbahagia, semua orang iri dan mulai berbisik-bisik. "Siapa sangka, Hardy justru yang paling dulu berkeluarga? Kudengar dia menyukai Sheila lebih dari sepuluh tahun. Sekarang istri dan anak sudah ada, benar-benar orang yang beruntung!" "Sayang sekali para gadis kecil yang menyukainya. Mungkin hati mereka sudah hancur berkeping-keping, hahaha!" Mendengar pembicaraan itu, wajah Yasinta tetap tanpa ekspresi. Sesaat kemudian, Hardy menghampiri sambil membawa Sheila dan memanggilnya dengan nada santai. "Yasinta, aku belum sempat perkenalkan, ini istri dan anakku." Seketika, seluruh pandangan di ruangan itu tertuju pada mereka. Ekspresi Yasinta tidak berubah, tersenyum tipis dan berkata, "Halo, Kak." Sheila memang pantas disebut "aktris andal". Melihat situasi itu, dia spontan mengulurkan tangan sambil tersenyum manis. "Yasinta, 'kan? Aku sudah beberapa kali mendengar Hardy menyebutmu. Kamu masih muda, wajar kalau belum paham tentang cinta. Sekarang Hardy sudah bersamaku bahkan anak kami sudah lahir, jadi sudahi saja perasaanmu. Kami akan menikah bulan depan, dan kamu harus datang."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.