Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 9 Bukan Aku yang Menginginkanmu, Kamu yang Memaksaku

Paul mengejar Joshua dengan kaki pincang. "Joshua, tunggu aku sebentar. Katakan padaku, apakah kamu memiliki perasaan pada si Lana itu? Aku katakan padamu, kamu nggak boleh mengecewakan Rika. Rika adalah adik yang paling aku sayangi." "Hmm, bagaimana kalau aku dan Rika malam ini langsung menjadi pasangan suami istri?" Mata Joshua yang seperti obsidian tampak makin dalam. Tenggorokannya bergetar ketika dia bertanya secara langsung. Namun, Paul tampak seolah tersengat, langsung berteriak dengan keras, "Itu nggak boleh." Di mata Joshua seakan ada kilatan yang langsung menghilang tanpa ada seorang pun yang bisa menangkapnya. Ketika Lana mendengar kalimat itu, seluruh tubuhnya seakan membeku. Dia menutup pintu seolah ingin menghindar, langsung berbaring di tempat tidur ibunya. Lana membenamkan wajah ke lengan ibunya, sementara bahunya bergetar pelan. ... Dua bulan kemudian, Lana menyadari bahwa keadaan berkembang ke arah yang paling tidak dia inginkan. Dia hamil. Anak itu tentu saja adalah anak pria asing yang hanya meninggalkan dasinya itu. Lana ... tidak bisa mempertahankan anak ini. Dia berkata pada dokter, "Aku nggak menginginkan anak ini, bisakah kamu menggugurkannya?" Dokter itu merasa sangat terkejut. "Jangan terburu-buru. Anak ini baru berusia dua bulan, lebih baik kamu memikirkannya lagi. Kalau seminggu lagi kamu masih ingin menggugurkannya, kamu bisa langsung datang menemuiku. Ini adalah kehamilan pertamamu. Kalau digugurkan, mungkin akan menyebabkan keguguran berulang atau membuatmu kesulitan hamil di masa depan. Jadi, Nona Lana, aku menyarankan untuk kamu nggak menggugurkannya kalau nggak terpaksa." Tepat pada saat itu, sebuah suara yang acuh tak acuh tiba-tiba terdengar, "Kenapa? Ada seseorang yang nggak menginginkan anak? Aku menginginkannya." Lana langsung menoleh ketika mendengar itu. Dia melihat seorang pria berseragam militer berdiri dengan santai di pintu. Entah sudah berapa lama pria itu menguping. Begitu Lana melihat orang itu dengan jelas, dia langsung berdiri dengan terkejut. "Kamu!" Dia adalah preman yang ditemui Lana di hotel waktu itu! Preman itu tampak sangat tampan dan ramah. Sepasang mata tajamnya menatap Lana, seperti macan kumbang yang menatap mangsanya. Lana mengepalkan tinju dengan erat, langsung berdiri dengan panik. "Dokter, aku harus pergi dulu." "Hei, kenapa kamu langsung pergi? Ayo kita mengobrol dulu, Cantik. Kalau kamu nggak menginginkan anak ini, jual saja padaku. Sebutkan saja harganya." Tubuh tinggi besar preman itu menghalangi pintu, membuat Lana mengerutkan kening. Lana menoleh menatap dokter sambil bertanya, "Dokter, apa ini temanmu?" Dokter itu tampak agak tidak berdaya. "Harvey, jangan membuat masalah." Harvey mengangkat alis sambil berujar, "Siapa yang mengatakan aku membuat masalah? Bukankah keluargaku mendesakku hanya karena mereka menginginkan anak kecil? Aku rasa dia akan melahirkan seorang anak yang baik." "Kamu sudah gila." Lana tidak bisa menahan diri lagi, langsung memaki dengan keras, lalu mendorong Harvey untuk berbalik pergi. Harvey menatapnya sambil tersenyum lebar. "Lihat saja ke mana kamu akan berlari!" Dokter itu menahan Harvey sambil menghela napas. "Jangan menindas orang lain. Kamu baru saja kembali dari menjalankan misi, apa kamu nggak bisa tenang sedikit? Nanti kakekmu akan mengeluarkan surat pencarian lagi untuk menangkapmu." Harvey tadinya tidak ingin menerima, tetapi kemudian dia memikirkan sesuatu. Dia mengatupkan bibir, menahan amarahnya. "Beri tahu aku kalau wanita tadi datang lagi." Harvey mengambil rokok dengan asal, menyalakan, lalu mengisapnya dalam-dalam. Dokter itu menatapnya dengan sedikit terkejut, lalu berkata dengan tergagap, "Kamu ... kamu sudah gila, ya? Tuan Muda Harvey, sejak kapan kamu tertarik pada wanita?" Harvey menunjukkan wajah bingung. "Kalau aku mengatakan aku sudah meniduri wanita ini, sementara anak di kandungannya adalah anakku, bagaimana menurutmu?" Dokter itu langsung memaki, "Omong kosong apa ini?" ... Ketika Lana kembali ke rumah, dia tidak berani mengatakan apa pun. Entah dari mana kucing kecil itu melompat keluar. Begitu melihat Lana, ia langsung memanjat dari kaki sampai ke pelukan Lana dengan empat cakar kecilnya. Kucing kecil itu mengeong sambil menggesekkan badan ke perut Lana. Lana tertegun. Mungkinkah Cimi menyukai anak ini? Lana sedang berpikir ketika ponselnya menyala. Saat melihat nama Joshua di atasnya, Lana menggigit bibir, tetapi akhirnya tidak bisa menahan dorongan hatinya. Dia diam-diam keluar dari rumah. Begitu sampai di taman kecil di lantai bawah, dia langsung melihat punggung tinggi dan gagah Joshua. Hati Lana dipenuhi emosi yang campur aduk. Ini adalah pertama kali Lana melihatnya setelah sekian lama. Rasanya seperti seumur hidup telah berlalu. Ketika Joshua melihatnya, tiba-tiba pria itu tersenyum, duduk mendekat, lalu memeluk Lana dengan erat. Hidung Lana dipenuhi bau alkohol yang menyengat. Joshua sedang mabuk. Pantas saja. Pria ini hanya akan mencari Lana ketika dia mabuk. Lana merasa mata dan hidungnya perih, tetapi dia tetap tidak rela melepaskan pria itu. Dia menopang Joshua, membawanya ke kamarnya sendiri. Lana menyiapkan air, lalu menyeka tubuh Joshua dengan hati-hati. Joshua sangat tenang ketika sedang mabuk. Dia bahkan menampakkan sedikit keluguan ketika matanya terpejam. Lana tertegun ketika melihatnya yang seperti ini. Tanpa sadar, Lana mengulurkan tangan untuk menyentuh bulu mata panjangnya. Saat pertama kali bertemu pria ini, Lana bertanya-tanya kenapa bulu matanya begitu panjang, seperti bulu mata boneka. Kemudian, Lana pun jatuh cinta padanya. Lana berpikir bahwa jika memiliki anak seperti Joshua, anak itu pasti akan sangat cantik, sampai Lana takut anak itu akan direbut orang. Namun .... Tidak akan pernah lagi. Lana tidak akan bisa lagi memandangnya diam-diam di sampingnya. Bahkan lebih tidak mungkin melahirkan anak seperti pria ini. Lana sudah mengandung anak orang lain, serta berencana melahirkannya. Anak itu tidak mungkin menjadi seperti Joshua. Tiba-tiba, Joshua seperti menganggap Lana orang lain dalam keadaan linglung. Pria itu mencengkeram pergelangan tangannya dengan erat. Joshua sangat tidak suka menyentuh Lana, karena takut kebodohan Lana akan menular padanya. Jadi, saat dicengkeram olehnya, Lana pertama merasa tersanjung, lalu entah kenapa merasa tidak nyaman. Namun, Lana tetap tidak rela melepaskan diri. Ketika Lana berpikir bahwa kesempatan seperti ini tidak akan datang lagi, dia seperti terkena sihir. Kemudian, Lana tertegun ketika mendengar igauan Joshua. "Lana, bukan aku yang menginginkanmu, kamu yang memaksaku."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.