Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 3

Pintu diketuk begitu keras sampai Yovita di telepon bisa mendengarnya dengan jelas. "Tabib Sakti Seno, kamu ada masalah? Aku akan ke sana secepatnya untuk membantumu." "Nggak perlu." Setelah mengatakan itu, dia menutup teleponnya. Mendengar nada putus di telepon, Yovita merasa marah. Dia akhirnya berhasil meyakinkan Tabib Sakti Seno untuk menyelamatkan ayahnya. Tapi di saat genting ini, ada yang mengganggu Tabib Sakti Seno. "Selidiki! Cari tahu siapa yang berani mengganggu Tabib Sakti Seno! Aku ingin membuatnya lenyap selamanya!" ... Suara David di luar pintu yang terdengar familier sekaligus asing. David dulu sangat suka membuntutinya. Setelah enam tahun berlalu, mendengar suaranya lagi membangkitkan emosi dalam hatinya. Setelah membuka pintu, Seno tersenyum ringan. "David, kamu di sini? Enam tahun nggak bertemu, kamu jadi agak gemuk sekarang." Melihat sikap palsu Seno, David langsung mendorongnya dan masuk ke dalam rumah. Anak buah lainnya juga mengikuti David masuk. Dalam sekejap, rumah yang tidak besar itu penuh sesak. David tersenyum sinis. "Ternyata hidupmu lumayan juga, ya? Enam tahun dipukuli di dalam penjara, masih belum mati juga." "Nggak usah sok akrab. Aku sudah tahu sifat aslimu. Kamu bukan kakak iparku lagi!" Pandangan Seno berubah menjadi gelap. "David, aku memang sudah bercerai dengan kakakmu, tapi itu urusan kami berdua." "Dulu kamu tidak begini, kenapa sekarang berubah?" "Siapa yang mengajarimu?" Kata-kata Seno seperti menyentuh titik sensitif David, membuatnya langsung meledak. "Seno! Diam kamu! Jangan asal bicara! Masa lalu? Nggak ada masa lalu! Kalau kamu berani sebut masa lalu lagi, kubunuh kamu!" "Jangan sok kenal. Kamu nggak tahu seberapa kejamnya aku! Aku bukan David yang dulu. Kalau kamu berani bicara sembarangan di luar, akan kubuat kamu menyesalinya sampai mati!" Sebenarnya, David dulu selalu dibully, karena dia miskin dan selalu rendah diri. Di sekolah, dia selalu dihadang dan diganggu preman, tapi Seno melindunginya dan menyelesaikan masalah untuknya. Masa kelam dalam hidup itu selalu menghantui pikiran David. Dan sekarang, dia telah menjadi sosok yang paling dia takuti dulu. Orang-orang sukses kadang lupa utang-utang budi di masa lalu. Selalu ingin membuktikan pada orang lain bahwa dirinya sudah kuat. Hanya saja, perubahan David terlalu ekstrem. "David, aku nggak pernah mengajarimu begini! Apa begini caramu bicara dengan orang lain? Lihat dirimu sekarang, buat apa bawa banyak orang ke sini? Mau menakut-nakutiku?" "Bukannya belajar yang baik-baik, malah belajar kebiasaan buruk! Kamu benar-benar nggak terkendali selama aku pergi. Nggak ada yang mengawasimu!" "Aku sudah bercerai dengan kakakmu, tapi ini bukan alasan bagimu untuk teriak-teriak padaku! Aku datang cuma mau ambil barang-barangku, lalu pergi." Seno sangat kecewa kepada David. Karena sudah bercerai dengan Vivian, tidak ada lagi alasan baginya untuk menjaga sikap. "Barang-barangmu? Hah, nggak ada satu pun barangmu di tempat ini. Kalau kamu tahu diri, cepat pergi sekarang juga!" Melihat sikap arogan David, mata Seno dipenuhi rasa kecewa. "David, dulu sudah kubilang, orang yang terlalu sombong pasti akan berakhir buruk." "Kamu sebaiknya kendalikan emosimu itu. Aku cuma mau kemas-kemas sebentar, lalu pergi. Nggak akan lama." Karena sayang pada Vivian, Seno selalu memanjakan David, membimbingnya dengan sabar dalam segala hal. Dia tidak menyangka David akan berubah menjadi seperti ini. Tapi, karena ini mantan adik ipar yang dulu selalu membuntutinya dan memanggilnya Kakak dengan patuh, dia bersedia memberi sedikit toleransi. Melihat Seno tidak menganggapnya serius, wajah David memerah lalu pucat bergantian karena amarah. Bosnya adalah Om Darius yang terkenal kejam di dunia bawah tanah, sementara kakak perempuannya adalah CEO terkenal. Siapa yang berani lancang padanya di Kota Sarvo? "Seno, dasar napi, berani-beraninya kamu menceramahiku?" "Dikurung di penjara membuat otakmu mengerut? Statusku sekarang adalah sesuatu yang nggak akan pernah bisa kamu raih seumur hidupmu. Dengan satu panggilan telepon, aku bisa membunuhmu!" David menuding wajah Seno dengan penuh amarah. Seno hanya mengerutkan alisnya, mengangkat tangannya, dan menggenggam jari David. "Kamu ... Apa yang kamu ... " Hanya dengan satu putaran lembut, tanpa menggunakan banyak tenaga. Rasa sakit seketika membuat David menjerit. "Aah!" Dalam sekejap, aura jahat David menghilang. Dia membungkuk seperti udang rebus, wajahnya memerah karena kesakitan. "K-kamu, lepaskan aku ... Lepaskan." Perubahan mendadak ini membuat para preman ketakutan. "Kamu, mau apa kamu? Lepaskan Kak David sekarang juga, atau aku kupatahkan kakimu!" "Lepaskan Kak David kalau nggak mau kami bunuh. " "Lepaskan Kak David sekarang juga ... " Semua anak buah David masih kecil-kecil, mereka hanya berteriak-teriak tapi tidak ada yang berani maju. David setengah berlutut di lantai, menjerit kesakitan dan akhirnya meledak marah. "Sudah, jangan banyak bicara! Pukuli dia, pukuli sampai mati!" Mendengar perintah David, mereka saling pandang sejenak. Jelas, kemampuan mereka hanya bisa menindas orang yang lemah. Ketika bertemu dengan orang yang tangguh, mereka hanya bisa memohon belas kasihan dan menerima pukulan. "Tunggu apa lagi? Pukuli bajingan ini sampai mati!" David mendesak, barulah mereka menyerang Seno. Kebetulan, Seno sedang kesal dan tidak tahu harus melampiaskan amarahnya ke mana. Meskipun masih memegang jari David, Seno dengan mudah menghindari pukulan dari orang-orang di belakangnya dengan memalingkan kepalanya. Dia membalas dengan pukulan balik tanpa ragu. Bukk! Hidung pemuda itu langsung patah. Orang itu kesakitan di lantai, langsung menangis dalam hitungan detik. Selanjutnya, seorang preman berambut pirang menendang ke arah Seno. Seno hanya berputar, lalu menendang si pirang hingga terlempar. Bruk! Si pirang terpental, berlutut di lantai, kesakitan memegangi perutnya sampai tidak bisa bicara. Dengan kekuatan dan kecepatan Seno, berapa pun preman-preman berambut pirang itu, mereka semua pasti tumbang. David tertegun menyaksikan semua ini. Dia belum pernah melihat Seno bertarung sebelumnya dan mengira Seno hanya orang yang lemah. Siapa sangka Seno bisa memukul sekeras itu! Apakah ini Seno yang dulu selalu menurut dan penakut pada kakaknya? Atau Seno yang memakai celemek di dapur, hanya ingin membuat kakaknya bahagia? Seno yang ada di depan matanya sekarang jelas-jelas seorang preman yang kejam! "Seno, kamu ... Kamu terlahir kembali?" Kalimat ini membuat Seno ingin tertawa sekaligus kesal. "Kamu pikir kita sedang syuting film?" "Tapi kamu nggak salah, aku memang terlahir kembali." Setelah pengkhianatan kejam Vivian, Seno bertekad untuk membuat semua orang mengubah pandangan mereka tentang dirinya. Selesai bicara, Seno mengangkat tangannya dan menampar wajah David. "Tamparan ini untuk mengajarimu rasa hormat." Plak! David merasakan pipinya terbakar, dan gigi gerahamnya sedikit goyah. Saat ini, melihat ekspresi Seno yang sangat menakutkan, David mulai merasa takut. Tapi kemudian dia berpikir. Kenapa dia sampai ditampar, bahkan merasa takut pada Seno? Ini adalah penghinaan besar yang tidak bisa diterima oleh David! "Seno, berani-beraninya kamu menamparku? Oke, tunggu saja. Aku akan membuatmu membayar atas semua ini." Sudah dihajar sejauh ini, David masih berani membalas. Seno menjawab dengan dingin. "Kakakmu terlalu memanjakanmu. Nggak pernah memberimu kesempatan untuk merasakan pahitnya kehidupan." "Hari ini, aku akan mengajarimu bagaimana menjadi orang."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.