Bab 20
"Dion!"
Aku cemas saat tahu dia hendak mengemudikan mobilnya sendiri, dan hendak menghentikannya.
"Dion, suruh orang untuk menjemputmu saja, kumohon."
"Kamu harus ke rumah sakit!"
"Dion! Jangan mengabaikan kesehatanmu sendiri!"
"Jangan ... jangan terlalu baik padaku."
"Aku sudah mati, tapi kamu harus terus hidup."
Dion membuka pintu mobil tapi tidak langsung naik. Dia menatap kosong ke suatu arah tanpa memedulikanku yang sedang melambai-lambai di depannya. Pada akhirnya, dia tetap tidak bisa melihatku. Aku pun menyerah dan naik duluan ke mobil, lalu duduk di kursi penumpang depan.
Namun, setelah itu Dion malah menutup pintu dan beralih membuka pintu kursi penumpang di belakang. Dia mengeluarkan ponsel dan menelepon sopir.
"Aku di kantor polisi, kemarilah."
Usai menyudahi telepon, Dion menutup mata dan bersandar sambil memejamkan mata untuk beristirahat. Waktu terus berlalu, dan dia masih tetap di posisinya. Aku melayang dan melihat wajah pucatnya. Kedua tanganku terulur guna memeriksa

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link