Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 192

Arianna menyibakkan rambutnya dengan anggun, lalu meraih lengan Lorenzo seolah sedang menunjukkan kepemilikan, "Kamu pasti Nona Valencia, 'kan? Halo, aku Arianna, pacarnya Lorenzo." Lorenzo. Pacar. Bulu mata Valencia perlahan terkulai, tatapannya terkunci pada tangan Arianna yang melingkar di lengan Lorenzo. Hatinya terasa seperti ditusuk sesuatu. Lorenzo berdiri diam di tempat, pandangannya melirik samar ke tangan perempuan yang menggenggam lengannya. Jakunnya bergerak naik turun, ingin menjelaskan, tetapi tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Emberly tidak tahan lagi. Dia melangkah maju dan menarik paksa tangan Arianna. "Lepaskan tanganmu!" "Kalau mau pamer kemesraan, lakukan di luar sana! Ini bukan tempat buat kalian pamer mesra!" Wajah Emberly memerah karena marah, sepasang matanya berkilat penuh amarah. "Kenapa? Pangeran Lorenzo nggak punya uang buat sewa kamar, ya?" Kata-kata itu terdengar agak kasar. Kelvin terkejut dan segera maju untuk menengahi. Dia menarik Emberly ke belakang. "Aduh, sudahlah. Tenangkan dirimu dulu, kita semua teman di sini, nggak usah bikin suasana jadi nggak enak." Emberly meronta. "Lepaskan aku, jangan halangi aku!" Kelvin tetap memegangi Emberly erat-erat sambil memberi isyarat dengan matanya agar Emberly menahan diri. Arianna tidak marah. Dia tetap tersenyum ramah dan berkata pada Lorenzo dengan suara lembut, "Lorenzo, sepertinya teman-temanmu nggak suka kehadiran kita, ya? Gimana kalau kita pergi saja dan membuka kamar untuk menghabiskan malam berdua?" Sebagai aktris papan atas, Arianna benar-benar memerankan karakter gadis manis dan anggun dengan sempurna. Kata-katanya menusuk hati Valencia. Mata indahnya seperti anak rusa, sekarang dilapisi kabut tipis air mata. Hidungnya terasa asam, hatinya sakit sampai ingin menangis, tetapi dia tidak mau menjatuhkan air mata di depan Lorenzo dan Arianna. Dia menatap Lorenzo dengan penuh harap, suaranya gemetar, dan berusaha tetap tenang. "Lorenzo, kamu pasti punya alasan, 'kan? Tolong jelaskan padaku, aku pasti bisa mengerti. Jangan begini, aku benar-benar sedih ... Ayo kita bicarakan baik-baik, ya?" Mata Valencia menjadi makin basah, sementara suaranya bergetar seolah ingin menangis. "Bukannya kamu bilang, selama aku nggak minta putus, kamu nggak akan pernah pergi?" Tatapan mata Lorenzo yang gelap dalam seperti laut di malam hari, tanpa sedikit pun cahaya. Dia pun tersenyum sinis. "Nona Valencia, kita ini sudah dewasa, masa masih percaya kata-kata yang menipu anak kecil kayak gitu?" Warna di wajah Valencia menghilang seketika. Matanya dipenuhi luka yang dalam. Bibirnya bergerak seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada suara yang keluar. Lorenzo merasa sakit hati melihat ekspresi Valencia, tetapi dia memaksa diri untuk membuang pandangannya, lalu berkata dengan suara sedingin es, "Nona Valencia, aku sudah jelaskan semuanya dengan jelas. Jangan bikin keributan yang nggak perlu, ayo kita jaga harga diri masing-masing." Tubuh Valencia lemas seperti balon yang kehabisan udara. Bahunya merosot, dia mundur dua langkah ke samping, dan memberikan jalan di pintu. Jennifer yang khawatir pada Valencia segera melangkah maju dan memeluknya dengan lembut. "Nggak apa-apa, Valen, kamu masih punya kami. Nggak apa-apa ... " "Lorenzo, kamu keterlaluan!" Emberly, yang marah besar hendak menyerang Lorenzo, tetapi Kelvin memegangnya erat-erat. "Emberly, jangan gegabah! Tenangkan dirimu dulu!" Kelvin mulai panik melihat situasinya. Jennifer menghibur Valencia sambil melirik ke arah kakaknya, Oscar, memberi isyarat agar kakaknya mengambil tindakan. Oscar berjalan mendekat dan membisikkan sesuatu pada Lorenzo. Akhirnya, Lorenzo membawa Arianna pergi. "Aku sangat marah, benar-benar marah, mereka keterlaluan!" Emberly terus mengomel penuh amarah. Kelvin, yang masih memegangi Emberly, merasa kepalanya mau pecah. Tiba-tiba, Emberly menoleh dan menatap Kelvin dengan tajam. Jantung Kelvin langsung berdebar kencang. Seperti yang diduganya, Emberly melampiaskan amarah kepadanya dan langsung memukulnya dengan keras. "Kamu juga pergi sana!" "Hei, aku nggak salah apa-apa!" Kelvin merasa dirinya sangat sial. Emberly mendengkus marah. "Kalau saja kamu nggak iseng manggil Lorenzo, semua ini nggak bakal terjadi! Aku adain acara ini buat hibur Valen, tapi belum sempat dihibur, dia malah makin sakit hati! Sudah, pergi sana!" Sambil berbicara, Emberly mendorong Kelvin ke pintu. Jennifer menoleh ke arah kakaknya, Oscar, dan berkata, "Kakak ikut Kak Kelvin saja. Aku dan Emberly bakal nemenin Valen di sini. Kita para cewek lebih enak mengobrol." Oscar tidak banyak bicara, hanya mengangguk pelan, lalu menarik Kelvin keluar dari ruangan.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.