Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 1

Sebagai seorang guru SMA, aku terpaksa bekerja di klub malam sebagai pendamping setiap malam sepulang kerja demi mengobati dan menyelamatkan ayahku. Malam ini, kakak senior di tempat itu tiba-tiba menyodorkan kepadaku sebuah seragam guru wanita yang seksi dan polos, menyuruhku menemani seorang tokoh berpengaruh besar. Kesempatan untuk mengubah nasibku akhirnya datang. "Tessa, malam ini ada seorang tokoh besar yang secara khusus meminta kamu untuk menemaninya. Bos juga bilang, selama kamu bisa mendapatkan kontak pribadinya, seluruh tip yang kamu dapat malam ini nggak akan dipotong sama sekali." Tessa adalah nama samaran yang kugunakan. Biasanya tip yang kami dapat harus dibagi 60:40 dengan klub. Mendengar kalau tip malam ini tidak akan dipotong sedikit pun, mataku langsung berbinar. Namun, ketika menatap pakaian "dewasa" di tanganku, hatiku dipenuhi rasa gugup dan cemas yang sulit dijelaskan. Tanpa sadar, dalam pikiranku muncul bayangan orang yang akan kudampingi malam ini. Pria tua botak dengan wajah berminyak dan perut buncit yang menjijikkan. Membayangkannya saja membuat bulu kudukku merinding. Meski begitu, aku tahu, setelah memilih jalan ini, aku tidak bisa setengah-setengah. Namun, mengingat pendidikan yang kumiliki sejak kecil dan pengaruh profesiku sendiri, bekerja paruh waktu di sini saja sudah melampaui batas pribadiku. Kalau sampai diminta melakukan hal yang lebih jauh lagi, aku takut aku benar-benar tidak sanggup. Aku menarik napas panjang, wajahku penuh kerumitan. "Apa sebelumnya dia pernah memanggilku?" Yuna mendorongku menuju ruang ganti. "Aku sendiri nggak pernah melihatnya, jadi aku nggak tahu. Tapi dari ekspresi Bos tadi, sepertinya dia orang yang sangat berpengaruh." Melihatku ragu-ragu, Yuna mulai tidak sabar. "Bukankah kamu sangat butuh uang? Kalau memang nggak mau pergi, aku bilang saja ke Bos kalau kamu sedang nggak enak badan hari ini." "Kak Yuna, aku akan pergi." Orang-orang yang bekerja di sini tidak peduli pada perasaan atau kebaikan hati. Mereka hanya melihat apakah seseorang berharga. Aku mengganti baju, lalu dengan canggung mendorong pintu keluar. Detik sebelumnya, Kak Yuna masih menelepon bosku dan bilang aku akan segera datang. Tapi detik berikutnya, saat melihatku, matanya melebar. "Wah! Aku tahu kalau kamu punya tubuh bagus, tapi aku nggak nyangka sebagus ini! Kamu memang pintar menyembunyikannya ya!" Kak Yuna mendekat, berputar mengelilingiku, menilai dari kepala sampai kaki, lalu kembali menatap lekuk tubuhku yang menonjol. "Berapa banyak pria yang akan tergila-gila sama kamu ya!" Aku menempelkan satu tangan di dada, pipiku memerah sedikit. "Kak Yuna, ada nggak baju yang ukurannya lebih besar? Aku rasa baju ini agak kekecilan." Sebenarnya aku cukup kurus. Namun karena ukuran payudaraku besar, biasanya aku pakai baju ukuran M, sedangkan kemeja hari ini ukurannya S. Kancing di bagian dada bahkan hampir tidak tertutup. Kak Yuna melambaikan tangan, dan tersenyum lebar. "Nggak kekecilan, malah sangat pas. Bos sudah menyuruh kita buru-buru ke sana." Aku diseret oleh Kak Yuna, yang berlari kecil sambil menarikku, sampai ke depan pintu ruang VIP mewah paling atas. Untuk ruang VIP "Top Deluxe", minimum pengeluaran semalam saja mencapai 600 juta. Para gadis yang menemani tamu di dalam bisa menghasilkan setidaknya puluhan juta dalam satu malam. Beberapa yang menarik perhatian bahkan langsung menjadi "pendamping tetap", dari menemani banyak orang tertawa hingga hanya menemani satu orang saja. Singkatnya, di klub ini, tidak ada gadis yang tidak ingin bekerja sebagai pendamping. Tanpa terkecuali aku. Namun aku tidak ingin menjadi pendamping tetap. Aku hanya berharap malam ini bisa mengumpulkan lebih banyak tip, supaya bisa membeli obat khusus untuk ayahku beberapa hari lagi. Kak Yuna menarik tanganku yang menutupi dadaku. "Jangan ditutupi lagi. Tubuhmu memang lahir untuk pekerjaan ini. Kalau sudah memilih jalan ini, buang rasa malu dan gengsimu. Tampil percaya diri dan bersikap luwes!" Kata-kata Kak Yuna masuk akal, dan membuat hatiku terenyuh. Dia tidak memberiku banyak waktu untuk berpikir. Dengan senyum lebar, dia menarikku dan mendorongku masuk ke dalam ruangan.
Previous Chapter
1/35Next Chapter

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.