Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 6 Jadilah Pacarku

Mark sempat kira Elbert hanya menakuti orang, sampai akhirnya petugas rumah sakit datang membawa ranjang pasien. Elbert berjalan ke arah Mark dan berbisik, "Tolong, Pak Mark, turun tangan langsung. Takutnya perawat salah malah bikin dia mati." Angel tidak mendengar apa yang Elbert bilang, dia hanya melihat Mark melangkah ke arah mobil Mercedes, dengan hati-hati menopang kepala si pria sambil menyuruh perawat buka pintu, napas pun ditahan. Normalnya orang turun dari mobil hanya butuh tiga detik, tapi si pria itu butuh lima menit baru bisa dipindahkan ke ranjang. Selama waktu itu, Mark terus menopang lehernya dan saat lewat di samping Angel, dia sempat melirik sekilas ke arah wanita itu. Wajah Angel sama pucatnya dengan pria di ranjang. Begitu mereka sampai di depan gedung, Angel berkata, "Pak Elbert, aku mau ke kantor polisi. Aku mau jelaskan soal gangguan yang dilakukan pria itu selama dia dirawat. Tolong bantu aku kasih tahu departemen, aku takut polisi datang ke sana untuk penyelidikan." "Maaf, Pak Elbert, aku sudah merepotkan Anda." Sekarang Angel bahkan tidak memikirkan lagi jabatannya sebagai kepala perawat. Hal yang lebih penting adalah jangan sampai memengaruhi pekerjaan atau karier Elbert. Wajah Elbert tetap tenang, "Nggak perlu ke kantor polisi. Dia nggak bakal berani lapor. Kamu baru selesai jaga malam, pulang istirahat dulu." Angel berkata, "Jangan melihatnya sudah menyerah sekarang, nanti kalau sudah sembuh, hal pertama yang dia lakukan pasti mencari masalah dengan Anda." Elbert menjawab, "Bagaimana kalau dia nggak akan sembuh?" "..." Jantung Angel langsung berhenti sejenak. Elbert tertawa, "Aku hanya bercanda. Di matamu, memangnya aku akan membunuh orang di jalan?" Angel tidak bisa tertawa. Elbert berkata, "Dengan kemampuan Pak Mark, kalau operasi nanti lebih dari dua jam, berarti dia sengaja balas dendam. Tapi kalau operasinya gagal, berarti Pak Mark yang mau membunuh orang." Perasaan Angel campur aduk, "Pak Elbert, aku nggak tahu harus bilang terima kasih atau minta maaf. Tapi masalah ini harus diselesaikan. Menurut Anda, aku harus ngomong atau melakukan apa supaya dampaknya paling kecil untuk Anda. Aku akan mendengarkan saran Anda." Elbert berpikir sejenak, lalu berkata, "Sekarang hanya ada satu cara." Angel, "Apa itu?" Elbert, "Kamu jadi pacarku. Pacar sendiri diganggu, jadi wajar saja kalau aku memukulnya. Kalau mencari pengacara bagus, mungkin dia yang harus membayar ganti rugi ke kita. Kalau nggak, aku barusan memang memukul orang tanpa alasan." Angel, "..." Elbert menatap wajah Angel yang berubah dan tidak bisa menahan diri lagi. "Memangnya sekarang di sini nggak biasa bercanda seperti itu lagi?" Wajah Angel berubah lagi, dia sama sekali tidak yakin mana kata-kata Elbert yang serius dan mana yang hanya bercanda. Melihat reaksi itu, Elbert pun menyimpan senyumannya, "Maaf, apa aku keterlaluan? Aku ...." Angel, "Aku yang harus minta maaf. Semua ini memang nggak ada hubungannya dengan Anda." Elbert, "Kamu nggak minta tolong. Aku yang datang sendiri. Sebelum bertindak, aku sudah tahu bagaimana cara membereskannya. Maaf nggak sempat kasih tahu kamu dulu. Kalau kamu percaya denganku, biar aku yang mengurus masalah ini." Mereka berdiri berhadapan, ada rekan kerja yang datang masuk jadwal pagi dan menyapa, "Pak Elbert." Elbert tersenyum dan mengangguk, "Pagi." Tanpa terkecuali, setiap orang yang lewat akan melirik Angel. Mereka bertanya dalam hati, kenapa Elbert dan Angel berdiri di depan rumah sakit sepagi ini? Sebentar lagi, seluruh Rumah Sakit Siloma pasti akan tahu kalau Elbert memukul pasien yang baru keluar dari rumah sakit. Angel tidak mau lagi menambah satu kesalahpahaman. Dia berkata, "Aku percaya sama Anda." Elbert tersenyum lembut, "Terima kasih." Kepala Angel terasa kosong. "Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang?" Elbert, "Jalan lurus, belok kanan." Angel tampak bingung. Elbert menambahkan, "Pulang, tidur."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.