Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 7 Siapa Berani Membicarakannya, Jangan Salahkan Aku

Angel memang bukan orang yang sempit hati, tapi pikirannya juga tidak sebesar yang Elbert bayangkan. Orangnya memang sudah pulang, tapi matanya sama sekali tidak bisa terpejam. Seorang rekan yang akrab di bagian yang sama menelepon diam-diam, "Ada apa ini? Katanya Pak Elbert memukul pasien ruang VIP7 itu?" Angel tidak menjawab, malah balik bertanya, "Operasinya bagaimana sekarang?" Cindy, "Pak Mark yang jadi dokter utama, masih di ruang operasi. Aku bantu awasi. Tadi aku sempat melihat Pak Elbert masuk ke ruang direktur departemen." Angel terdiam. Cindy menurunkan suara, "Kamu jujur sama aku, kamu dan Pak Elbert itu ...?" Angel sudah berusaha keras memaksa dirinya berhenti memikirkan kejadian malam itu. Tapi bayangan hotel gelap, ranjang besar empuk, semuanya langsung muncul lagi di kepala, lengkap dengan suara dan gambarnya. Tanpa memberi dirinya kesempatan untuk ragu, Angel langsung berkata, "Pak Elbert baru datang, aku sama dia bisa ada apa?" Cindy, "Kalau begitu kenapa Pak Elbert membantumu memukul orang?" Benar, kenapa? Angel baru mau bilang karena Elbert orangnya baik. Cindy, "Jangan bilang sama aku kalau alasanmu hanya karena dia orang baik." Angel berkata, "Pria itu menghadangku di bawah dan Pak Elbert membantuku. Dia hanya sial karena kebetulan ada di sana." Cindy, "Kamu bodoh ya? Sekarang ini, pacar sendiri saja belum tentu mau bela sampai segitunya. Dokter memukul pasien, meskipun Pak Elbert punya koneksi kuat, begitu tersebar, itu tetap berita buruk!" "Lagipula, kalian nggak punya hubungan apa-apa, dia sampai membantu seperti itu? Itu jelas bukan hanya orang baik, itu karena marah demi kamu." Angel mengerutkan kening, "Sekarang situasinya sudah seperti ini, kamu bisa nggak jangan menyiram bensin ke dalam api lagi?" Cindy, "Astaga, kamu pikir itu hanya aku yang ngomong seperti ini? Sekarang bukan hanya departemen kita, seluruh rumah sakit sudah heboh. Semua sedang menebak apa hubunganmu dengan Pak Elbert." Jantung Angel berdetak kencang. Memang, dia belum menikah, Elbert juga belum. Kalau pun benar ada hubungan semalam, itu bukan apa-apa bagi orang dewasa. Tapi kalau sampai ketahuan .... Angel pasti tidak akan bisa bertahan di Rumah Sakit Siloma dan Elbert juga akan menjadi bahan omongan. Jadi Angel berkata tegas, "Dulu kami nggak ada hubungan apa-apa. Tapi mulai sekarang, kalau ada yang berani membicarakan Pak Elbert di depan aku, jangan salahkan aku kalau aku nggak sopan." Selama ini, Angel di Rumah Sakit Siloma dikenal ramah. Cindy baru pertama kali melihatnya marah, jadi bertanya tanpa sadar, "Aku nggak menjelekkan Pak Elbert!" Angel baru sadar barusan dia agak terbawa emosi. Dia menarik napas, menenangkan diri, "Kalau operasinya sudah selesai, kabari aku ya." Cindy, "Baik. Kalau ada kabar soal Pak Elbert juga, aku kasih tahu kamu." Angel tidak menolak. Setelah menutup telepon, dia duduk di sofa, semalaman tidak tidur tapi tidak merasa mengantuk sedikit pun. Elbert bilang untuk percaya padanya dan Angel memang percaya dia bukan orang yang asal bicara. Tapi meskipun dokter itu punya reputasi tinggi dan kemampuan hebat, kalau berhadapan dengan bajingan yang punya koneksi, hasilnya sama saja seperti orang pintar ketemu orang kasar. Apalagi kali ini, orang pintar yang memukul duluan. Angel sudah berpikir sampai kepala mau pecah, akhirnya hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri yang tidak punya kemampuan apa pun. Orang yang tidak punya pilihan, hanya bisa duduk dan menunggu hasilnya. Satu jam kemudian, ponsel Angel berdering. Nomor asing, Angel awalnya mau menolak, tapi melihat angka belakang nomor itu bagus, entah kenapa terasa bukan nomor promosi. Telepon terhubung dan Angel berkata, "Halo?" Terdengar suara pria yang familier, "ini, aku Elbert." Angel tertegun, "Pak Elbert?" Elbert, "Aku tebak kamu belum tidur. Aku hanya mau kasih tahu, operasinya sudah selesai dan berjalan lancar." Angel akhirnya bisa menghela napas lega dan tanpa sadar berkata, "Terima kasih, Pak." Elbert, "Untuk apa berterima kasih padaku? Operasinya dilakukan oleh Pak Mark." Angel, "Aku dengar Anda pergi mencari direkrut departemen. Bagaimana rumah sakit menyelesaikan masalah ini?" Elbert, "Kamu nggak mengantuk?" Angel langsung berkata, "Maksudnya keputusan belum bisa diumumkan?" Elbert terkekeh, "Bukan. kamu baru habis jaga malam. Aku pikir nggak perlu buru-buru, nanti kamu bangun baru aku kasih tahu." Angel hanya bisa berpikir dalam hati, Elbert muncul sudah jenius sejak kecil, mungkin tidak tahu bagaimana rasanya cemas itu. Orang normal mana bisa tidur dalam kondisi begini? Akhirnya Angel berkata pelan, "Kalau boleh dibicarakan, tolong kasih tahu aku." Elbert, "Keluarga pasien sudah datang ke rumah sakit. Mereka mau ketemu kamu saat masuk kerja, untuk minta maaf langsung. Bagian ortopedi juga sudah mengambil keputusan, kepala perawat akan diberhentikan."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.