Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 2463

"Bu ... bukan ...." Sudut bibirnya Levina berkedut. "Itu salah paham. Anda pasti sudah salah paham!" "Aylin mungkin asal bicara karena dia kesal, jangan anggap serius!" "Tapi, saya tetap kakaknya, wajar saja kalau kakak adik kadang-kadang bertengkar seperti ini." Aylin sudah dari awal memahami maksud Levina. Sayangnya, meskipun Levina tertarik pada Jason, Jason tidak tertarik pada Levina. Mereka kadang-kadang bertengkar? Dulu, jika mereka berdua bertengkar karena merebutkan mainan di rumah, Melinda pasti akan langsung menyuruh Aylin untuk mengalah pada Levina. Setelah bertahun-tahun, Aylin sudah terbiasa. Sayangnya, Jason adalah manusia, bukan mainan, jadi Aylin sama sekali tidak akan merelakan pria yang dia cintai pada Levina hanya karena Levina menginginkannya. "Kamu benar-benar bodoh atau pura-pura bodoh?" tanya Jason dengan dingin. Dengan tubuhnya yang tinggi, dia menatap Levina dengan tatapan mendominasi, sehingga Levina berjalan mundur beberapa langkah. "Tuan Jason, apa maksud Anda? Saya nggak menyinggung Anda, Anda nggak perlu mengatai saya seperti itu," kata Levina. "Nona Levina, dengan hati nuranimu, coba kamu tanyakan pada dirimu, apakah kamu nggak merasa malu mengucapkan kata-kata ini?" "Aku nggak bodoh. Menurutmu, ucapan siapa yang akan kupercayai? Aylin atau kamu?!" Seusai berbicara, Jason juga tidak ingin menghadapi wanita ini lagi. Dia langsung menggenggam tangan Aylin dan hendak meninggalkan tempat ini. "Yang patuh, ya. Ke depannya, jangan berhubungan lagi dengan orang seperti ini," kata Jason. Mereka belum pergi, jadi Levina mendengar ucapan ini. Dia pun mengepalkan kedua tangannya dengan murka. Levina berpikir, 'Memangnya mereka siapa?!' 'Apa yang mau mereka pamerkan dengan sombong padaku?!' 'Orang seperti ini? Memangnya aku orang seperti apa?' Aylin tahu bahwa Jason masih merasa kesal, jadi dia merangkul lengan Jason dengan genit sambil menggoyangkannya. "Baiklah! Aku akan menuruti semua ucapanmu!" kata Aylin. Jason meliriknya sekilas, tentu saja dia tahu bahwa Aylin sedang takut dia marah. Namun, bagaimana mungkin dia benar-benar marah? Dia terlalu menyayangi wanita ini. "Ada beberapa orang yang hanya bisa mengucapkan kata-kata yang enak didengar. Kamu kira aku masih akan percaya padamu?" "Kalau bukan karena aku datang tepat waktu, kali ini, sepertinya kamu akan terluka lagi." Aylin benar-benar merasa bersalah. Dia berkata, "Aku nggak tahu kalau sebelum aku pergi, dia akan tiba-tiba menyerbu seperti itu." "Jelas-jelas kami masih bicara dengan baik ...." "Oh ya, jangan salahkan Pak Teguh dan yang lainnya. Kali ini, mereka sudah memeriksa tasnya Levina, baru membiarkan kami bertemu di tempat terbuka seperti itu." Jason mendengus. Jika dia tidak mengetahui hal ini, dia tidak akan melepaskan orang-orang itu. Aylin berkata, "Sejujurnya, aku bertemu dengannya karena aku ingin melihatnya menundukkan kepalanya di hadapanku. Aku ingin melihat apakah dia masih punya pikiran jahat atau nggak." Saat langkah Aylin terhenti, mereka berada di depan ruang istirahatnya Aylin. Jason membawanya ke dalam ruang istirahat. "Apakah kamu merasa bahwa aku sangat merepotkan?" tanya Aylin. Aylin menundukkan kepalanya, kedua tangannya terkatup, membuatnya terlihat gelisah. Namun, Jason langsung memegang kedua tangan Aylin dengan tangannya yang besar. "Coba katakan padaku isi hatimu yang sebenarnya," kata Jason. Aylin menganggukkan kepalanya. Kedua orang ini pun duduk berdempetan di sofa yang sempit. "Dulu, di hadapannya, akulah yang harus menunduk, mengakui kesalahanku dan mengalah." "Tapi, kali ini, dia datang memohon padaku demi masa depannya. Aku hanya mau melihat sikapnya yang rendah diri."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.