Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 8 Berakhir di Sini

Dengan kekerasan dalam rumah tangga yang tak henti-hentinya, Anita mengalami depresi. Uangnya cepat habis. Setelah dibius dan ditutup matanya, Anita dibawa ke ruang bawah tanah. Dalam keadaan linglung, Anita samar-samar mendengar suara-suara di sekitarnya. "Uang, berikan aku uangnya sekarang, wanita itu milik kalian!" "Siapa dia bagimu?" "Dia istriku, berhenti bicara omong kosong, apa kamu masih menginginkan ginjalnya?" Ginjal? Karena terkejut, Anita kembali tersadar. Ilham benar-benar ingin menjual ginjalnya! "Kring, kring!" Ponsel Ilham menerima sebuah pesan teks, diikuti dengan suaranya yang riang, "Pembayaran diterima!" "Ilham!" Anita mencoba meronta dan berteriak. Begitu mendengar suaranya, Ilham berlari menghampiri, menepuk wajahnya dan berkata lembut, "Anita, baiklah. Ini hanya satu ginjal. Mulai sekarangku akan memperlakukanmu dengan baik!" "Kamu ... Bajingan!" "Aku bajingan?" Raut wajah Ilham berubah lalu segera menampar wajahnya. "Kamulah yang membuatku mandul! Bukankah kamu bilang akan memberiku enam miliar? Tapi Jerry nggak memberimu sepeser pun! Kamu ini apa-apaan?" "Kalau harus menyalahkan seseorang, salahkan saja Jerry!" Ilham selesai berbicara dengan nada ketus dan berbalik untuk pergi. "Jangan! Jangan!" Anita terus meronta, rasa mual yang sudah menumpuk selama sebulan terakhir kembali kambuh. "Bos, hasil tes Nona Muda ini sudah keluar. Ada masalah." Pria itu mengerutkan kening dan bertanya, "Ada apa?" "Dia hamil. Kalau ginjalnya diangkat sekarang, bayinya nggak akan selamat." Hamil? Pikiran Anita kosong. Tiba-tiba, dirinya teringat bahwa pada malam terakhirnya bersama Jerry, dirinya belum minum obat! Tidak ada pria lain yang menyentuhnya kecuali Jerry. Mungkinkah dia hamil anak Jerry? Ironis sekali! Anita tertawa dan menangis bersamaan. Setelah dinikahkan dengan seorang cabul oleh Jerry, dirinya telah mengandung anak Jerry dan kini dirinya seperti ikan di atas talenan, menunggu ginjalnya diambil .... Tidak, dirinya tidak bisa hanya duduk dan menunggu kematian! Setelah hening sejenak di luar, seorang dokter berjas putih masuk, pisau bedah di tangannya berkilauan terkena cahaya. Mata Anita melotot ketakutan. "Apa yang akan kamu lakukan?" ... Anita berlari ke jembatan, berlumuran darah, matanya yang dulu cerah kini hanya dipenuhi kegelapan. Anita menelepon Jerry. Tidak ada jawaban. Anita berulang kali menelepon, seperti orang gila, hingga suara Jerry yang rendah dan tidak sabar terdengar, "Anita, berhentilah!" "Jerry, aku nggak menyakiti Dea, apa kamu masih nggak percaya padaku?" Anita selalu suka memanggilnya "kakak," tiba-tiba dipanggil dengan nama lengkapnya membuat Jerry tersentak. "Jawab aku!" Anita berteriak. Begitu mendengar deru angin di ujung telepon, alis Jerry berkedut. "Anita, apa maumu?" "Aku mengerti." Anita tertawa meremehkan diri sendiri, suaranya dipenuhi kesedihan, "Kak, inilah akhirnya. Terlalu menyedihkan bagiku untuk mencintaimu dengan begitu rendah hati." Setelah itu, Anita menutup telepon. Deru angin mengacak-acak rambutnya. Ilham, yang bergegas menghampiri, mencoba menariknya, tapi Anita meliriknya tanpa ekspresi sebelum dengan tegas melompat ke sungai. "Anita, apa maksudmu? Halo? Anita?" Jerry menggosok pelipisnya dan mencoba menelepon lagi, tapi tidak ada jawaban. Ada apa dengannya sekarang? Jerry panik. Asistennya bergegas menghampiri dan menyerahkan ponselnya. "Pak Jerry, Nona dalam masalah!" Video itu menunjukkan seorang wanita berlumuran darah melompat ke sungai ....

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.