Bab 14
Selama beberapa hari berikutnya, Lucky berkeliaran seperti hantu di tempat-tempat yang mungkin didatangi Jessy.
Lucky memperhatikan Richard makan malam bersama Jessy di sebuah restoran, melihatnya memamerkan senyum cerah yang belum pernah dilihatnya sebelumnya, memperhatikan mereka mengobrol di bawah pohon Taman Ancona, setiap adegan menyiksanya bagai pisau tumpul yang mengiris dagingnya.
Ponselnya bergetar di saku, telepon darurat dari perusahaan.
Suara perdebatan di ruang rapat terdengar dari ponsel. Lucky memejamkan mata sejenak, tetapi akhirnya memesan tiket pulang.
Sebelum naik pesawat, suara panik asistennya membuat hatinya tertegun.
"Pak Lucky, Nona Wenny hilang. Paspor dan kopernya nggak ada."
Lucky langsung teringat Jessy.
Beberapa jam kemudian, Lucky kembali berdiri di jalanan Kota Norana. Angin senja membawa umpatan-umpatan tajam Wenny, seperti tusukan es beracun yang menusuk telinganya.
Wenny menggedor-gedor pintu apartemen dengan panik, riasan wajahnya luntur dan berteriak

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link