Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content
Istri BayanganIstri Bayangan
By: Webfic

Bab 4

Ekspresi Alex sontak berubah. Dia berlari dan menggendong Clara yang pingsan menuju rumah sakit tanpa memikirkan apa-apa lagi. Amelia berdiri diam dengan tangan yang agak terkepal, tetapi pada akhirnya tetap mengikuti. Di bawah cahaya lampu putih yang menyilaukan di koridor rumah sakit, lampu ruang operasi pun menyala. Alex berdiri di luar pintu, jasnya masih ternoda darah Clara. Ekspresinya yang biasa tenang dan datar itu kini terlihat gelisah. Amelia duduk diam di samping. Pintu ruang operasi tiba-tiba terbuka dan dokter pun berjalan keluar dengan terburu-buru. "Bagaimana ini? Pasien mengalami pendarahan hebat dan perlu transfusi darah secepatnya. Tapi, pasien memiliki resus negatif dan persediaan darahnya saat ini lagi kosong!" Alex pun mengernyit. Saat dia hendak bicara, Amelia bangkit berdiri dan berujar, "Resus negatif. Biar aku yang mendonorkan darah." Alex refleks menoleh dan menatap Amelia dengan sorot agak kaget. "Yang terpenting saat ini menyelamatkan nyawanya," kata Amelia sambil menatap mata Alex dengan tenang. Amelia mengikuti perawat untuk mendonorkan darah. Sebanyak 400 mL darah mengalir perlahan dari tubuh Amelia. Wajahnya makin pucat, tetapi sorot tatapannya tetap tenang. Alex berdiri di samping sambil menatap jarum yang tertancap di lengan ramping Amelia. Rasa aneh dalam hatinya menjadi makin kuat. Sebenarnya ... seberapa dalam istrinya menyukainya? Setelah selesai mendonorkan darah, Amelia menekan kapas di lengannya yang habis ditusuk jarum dan berjalan keluar. Dia melihat Alex masih berdiri diam di luar ruang operasi. Amelia berpikir sejenak, lalu berjalan menghampiri dan berkata pelan, "Jangan khawatir, dia akan baik-baik saja." Alex mengangkat pandangannya ke arah istrinya dan bertanya dengan suara yang agak serak, "Kamu belum pergi?" Amelia menggelengkan kepalanya. "Nona Clara salah paham soal kita, jadi aku harus menjelaskan semuanya nanti setelah dia siuman." Alex menatap wajah istrinya yang pucat dan tiba-tiba bertanya, "Apa kamu benar-benar menyukaiku?" Amelia sontak tertegun. Saat dia hendak menjawab, pintu ruang operasi tiba-tiba terbuka. Dokter pun berjalan keluar dan berkata, "Operasinya berjalan dengan lancar. Pasien akan siuman setelah efek obat biusnya menghilang." Bahu Alex yang tegang akhirnya menjadi rileks. Amelia pun diam-diam mundur ke samping dan tidak berkata lagi. Beberapa jam kemudian, Clara siuman. Saat membuka matanya dan melihat Amelia berdiri di samping tempat tidurnya, matanya langsung berkaca-kaca. "Alex, apa kamu mengajaknya ke sini supaya aku mendoakan kebahagiaan kalian?" Amelia segera melangkah maju dan menjelaskan dengan suara lembut, "Nona Clara, kamu salah paham. Hari itu Alex memang ada rapat, cuma kebetulan saja dia mengajakku membeli pakaian. Kami sama sekali nggak kencan. Dia juga nggak membohongimu." Alex mengangguk. "Kami menikah semata-mata karena kontrak, sama sekali nggak ada perasaan yang terlibat." Clara menggigit bibirnya dan berujar sambil menangis, "Apa buktinya? Gimana kamu membuktikan kalau kamu sama sekali nggak punya perasaan untuknya?" Alex pun mengernyit. "Kamu mau aku kasih bukti seperti apa?" Clara berpikir sejenak, lalu tiba-tiba menunjuk ke luar jendela. "Kamu lemparkan dia ke danau dingin itu." Ekspresi Alex sontak sedikit berubah. "Clara ... " "Kamu ragu?" Suara Clara terdengar gemetar. "Kamu memang menyukainya!" Alex terdiam beberapa detik, lalu akhirnya menghela napas. Dia berbalik dan melambaikan tangannya kepada pengawalnya. "Lemparkan dia ke danau." Mata Amelia seketika terbelalak kaget. Dia memang tahu Alex akan melakukan apa saja untuk Clara, tetapi tidak menyangka Alex bisa sekejam ini. Namun, Amelia tahu dia tidak bisa melawan. Dia harus bertahan. Pengawal pun membawa Amelia keluar, sementara Alex berdiri diam di tempat. Sorot tatapannya tampak nanar. Air danau itu terasa begitu dingin. Begitu diceburkan ke dalam danau, rasanya sekujur tubuh Amelia seperti membeku. Air danau yang dingin mengalir ke dalam rongga hidung Amelia, membuat anggota tubuhnya terasa mati rasa. Amelia menggertakkan giginya dan berusaha sebisa mungkin untuk tetap mengapung, tetapi dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya dan terus tenggelam. Pengawal di tepi danau hanya menatap dengan dingin. Tidak ada seorang pun yang mengulurkan tangan. Kesadaran Amelia perlahan-lahan mengabur. Dalam keadaan setengah sadar, Amelia seolah-olah melihat dirinya sendiri saat masih kecil. Bagaimana dia dibuang orang tuanya di desa, bagaimana dia menggigil kedinginan di tengah udara yang dingin karena tidak memiliki pakaian tebal, bagaimana dia hanya bisa meringkuk di gudang kayu bakar milik pengasuhnya untuk menghangatkan diri. Sepanjang hidupnya, Amelia memang tidak pernah diperhatikan oleh orang lain. Entah berapa lama kemudian, tubuh Amelia akhirnya diangkat keluar dari dalam danau. Sekujur tubuh Amelia terasa dingin dan kebas, bibirnya tampak biru. Dalam keadaan setengah sadar, Amelia merasakan ada yang mengelap tubuhnya dengan handuk hangat dengan gerakan yang lembut. Amelia refleks menggenggam tangan itu dan berbisik, "Bersabarlah sedikit lagi ... Sebentar lagi akan pergi ... " Tangan itu tiba-tiba balas menggenggam Amelia dengan kuat, rasanya tulang Amelia nyaris remuk. "Pergi apanya!" Suara Alex terdengar begitu dingin.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.