Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 4 Membuatnya Gila

Mobil melaju semakin cepat. Nadine tidak mengenakan sabuk pengaman, sehingga tubuhnya terhuyung maju mundur, terbanting keras. Namun, di dalam hatinya, dia justru berharap mobil bisa melaju lebih cepat lagi. Bahkan, jika bisa, langsung terjun dari jembatan layang. Jika Niko kehilangan nyawanya karena Nadine, itu akan menjadi pembalasan atas kematian ayahnya. Mobil Niko akhirnya berhenti di depan gerbang kampus Nadine. Mobilnya baik-baik saja, dan mereka berdua selamat. Nadine berbalik untuk membuka pintu mobil. Namun, pintu mobil terkunci dan dia tidak bisa membukanya. "Buka pintu." "Aku berpisah denganmu, bukan untuk merendahkan dirimu." Niko terdiam lebih dari setengah jam, kemarahannya masih membara. Nadine memperhatikan bibirnya yang bergetar. Nadine tidak mengerti. Jelas-jelas Niko yang mempermainkannya, bahkan enggan menemui dan justru meninggalkannya. Lalu, kenapa dia harus semarah itu? Nadine berusaha tenang dan berkata, "Ya, kita sudah berpisah, dan sudah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Lalu, kenapa kamu datang untuk merusak rezekiku?" Niko merasakan urat-urat di dahinya menonjol. "Nadine! Sejak kapan kamu jadi seperti ini? Siapa yang menyuruhmu pergi ke tempat seperti itu?" "Aku mau turun." Nadine langsung bangkit dan menekan tombol pembuka kunci di sisi kursinya. Dia sudah sering naik mobil ini. Niko menggenggam pergelangan tangannya dengan erat, lalu melepaskannya dengan kekuatan yang membuatnya terlempar kembali ke kursi. Tak lama kemudian, dia mendekat, memberi tekanan yang semakin terasa. Niko mengernyitkan alisnya, amarah dan kebencian bercampur di wajahnya. Namun, ketakutan Nadine saat ini bukan berasal dari pria di depannya, tetapi dari kekuatan gelap yang tak terlihat, yaitu kekuatan yang berasal dari Sandra. Nadine merasa takut, dan semakin memberontak dengan penuh amarah. Semakin Nadine memberontak, semakin membara amarah di mata Niko. "Ngapain kamu menghindar? Kamu bisa membiarkan pria yang baru dikenal untuk bermain dengan tubuhmu. Nadine, sejak kapan kamu menjadi wanita murahan seperti ini?" ujar Niko. Raut wajah Nadine memucat, seluruh tubuhnya terasa kaku dan sulit bergerak. Tatapan matanya berubah gelap, seperti orang yang akan segera mati. Niko menatap Nadine dengan tajam, suaranya penuh kemarahan. "Apa sebenarnya yang terjadi padamu? Apa kamu sengaja merendahkan diri hanya untuk membalas dendam padaku?" Dengan kelopak mata yang terangkat, Nadine berkata, "Balas dendam apa?" Tatapan Niko tertuju pada wajah Nadine yang pucat, dan yang terlihat di matanya hanya rasa kasihan. "Aku tahu kamu merasa diperlakukan nggak adil. Saat Sandra mencarimu, aku memilih untuk nggak menemuimu waktu itu, justru demi melindungimu. Kepulanganku saat ini untuk membatalkan pertunangan dengannya." "Aku akan membantumu membalas perlakuan buruk yang dia lakukan padamu. Tunggu semua masalah ini selesai, kita bisa kembali seperti dulu. Untuk sementara, kamu hanya perlu menungguku," lanjut Niko. Nada bicaranya semakin lembut, seperti dulu, seolah segala masalah bisa diselesaikannya dengan mudah dan cepat. Setelah terdiam sejenak, Nadine tersenyum sinis dan berkata, "Apa rencanamu untuk membalas dendam untukku? Dia menamparku dua kali di depan umum. Bisakah kamu membalasnya?" Niko tertegun sejenak, matanya tampak gelap dan penuh pertanyaan, " ... Dia menamparmu?" Belakangan ini, Nadine mulai menyelidiki latar belakang keluarga Sandra. Di Kota Cendana, kedudukan Sandra setara dengan putri kerajaan pada zaman kuno. Dia bisa membunuh orang, tapi tidak ada yang berani menyentuhnya. Saat tatapan Niko tiba-tiba meredup, Nadine langsung mengerti bahwa dia tidak punya kemampuan, dan juga tidak ingin melawan Keluarga Watson demi dirinya. Nadine tersenyum sinis, lalu menyindir, "Pak Niko, hubungan kita sudah berakhir. Seumur hidupku, aku nggak mau bertemu denganmu lagi." "Biarkan aku turun, atau aku akan menelepon tunanganmu untuk membukakan pintu." Niko menggenggam pergelangan tangannya erat-erat, lalu dengan suara serak berkata, "Nadine, aku tahu kamu marah padaku. Kalau kamu ingin meluapkan kemarahanmu, pukul wajahku sampai bengkak, aku nggak keberatan." "Aku lahir di keluarga seperti ini, ada banyak hal di luar kendali ... Percayalah padaku, ketidakadilan yang kamu rasakan, aku pasti akan membalasnya dua kali lipat. Boleh nggak beri aku sedikit waktu?" Nadine hanya tersenyum dingin dalam hati, menganggap Niko sedang membual. Lalu, dia berkata, "Aku nggak bisa menunggu, dan juga nggak akan mengharapkanmu." Nadine pernah menyelidiki Keluarga Watson dan Keluarga Javier. Kedua keluarga ini sudah saling membantu sejak belasan tahun lalu, jadi hubungan mereka pasti sangat erat. Bagaimana mungkin Niko bisa melawan seluruh Keluarga Watson demi dirinya? Jika Niko benar-benar tidak takut pada Keluarga Watson, dia tidak akan pergi ke luar negeri dan bersembunyi selama tiga bulan ketika Sandra mencarinya. Bahkan selama waktu itu, dia tidak berani menjawab telepon darinya ... "Lalu, kamu berharap pada siapa? Ravin?" Mengingat kejadian yang dilihatnya di ruang VIP malam ini, seketika mata Niko memerah. "Demi balas dendam pada Sandra, kamu rela membiarkan pria itu menyentuh tubuhmu dan bermain denganmu? Nadine, kalau begitu lebih baik kamu bunuh saja aku sekarang." "Selama di luar negeri beberapa waktu ini, aku benar-benar sangat merindukanmu. Aku bertengkar hebat dengan keluargaku agar aku bisa kembali. Tapi, begitu aku pulang, aku malah melihatmu duduk diam, membiarkan pria lain bermain denganmu. Apakah kamu ingin membuatku gila?" "Siapa yang bilang seumur hidup hanya aku yang boleh menyentuhmu?" Nadine saat itu benar-benar polos, kata-kata manisnya membuatnya terbuai, seperti seorang pengikut yang taat. Bahkan, dia hampir rela menyerahkan nyawanya padanya. Namun, Niko hanya ingin bermain-main. Jika dipikirkan dengan jernih, bagaimana mungkin dia akan menikahinya? Niko pasti tahu seperti apa sifat tunangannya, tetapi dia malah melarikan diri, meninggalkan Nadine untuk menanggung balas dendam gila dari Sandra. Niko merasakan perubahan dalam tatapan Nadine, seolah bisa membaca apa yang ada di pikirannya. Tak ingin mendengar kata-kata menyakitkan lagi, dia langsung mencium bibirnya. Niko menciumnya dengan dalam, penuh desakan. Nadine terperangkap dalam ciumannya, tertekan hingga tidak bisa bernapas. Di ruang sempit itu, tidak ada sedikit pun ruang untuk melawan.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.