Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 7 Mau Taruhan?

Donny adalah pria yang sangat menghargai wanita. Saat dia hendak membuka mulut untuk menghentikan, Nadine sudah melepas jaketnya. Melihat Nadine mengenakan pakaian di dalamnya, barulah dia menghela napas lega. Tatapan mata Donny tidak sampai tiga detik berhenti di tubuh Nadine, simpul tenggorokannya langsung tak kuasa bergulir, lalu mengumpat dalam hati. "Sialan." Nadine mengenakan tube top hitam dan rok mini hitam. Pakaian seperti ini jika dikenakan oleh wanita biasa paling-paling hanya akan terkesan genit. Berbeda dengan Nadine yang memiliki lekuk tubuh yang indah, pinggang ramping dan bokong bulat, serta kulit yang putih mulus dan kenyal. Dipadukan dengan wajahnya ini, Nadine terlihat sangat menggoda. Nadine sedikit mendongak. "Pak Ravin, berani bertaruh satu ronde?" Ekspresi Ravin seketika berubah, lalu menatap Nadine dengan tatapan tajam. "Memangnya Niko nggak bisa memuaskanmu, sampai-sampai kamu datang ke sini untuk mencari sensasi?" Nadine menatap pria itu tanpa berkedip. "Aku sudah nggak ada hubungan dengan dia lagi. Aku datang ke sini khusus untuk menemuimu." Suara Ravin terdengar acuh tak acuh, "Aku merasa jijik pakai barang bekas orang lain. Tapi, kalau di ruangan ini ada yang nggak merasa jijik, kamu bisa mencobanya." Usai berbicara, Ravin segera melemparkan tongkat biliar ke meja, lalu berbalik dan duduk di sofa sebelah untuk merokok. Dada Nadine terasa begitu sesak. Dia tidak menyangka pria ini begitu keras kepala. Dia mengedipkan mata, seketika matanya memerah dan dipenuhi dengan air mata. Nadine berdiri di tempat, memutar tubuhnya lalu menatap Ravin dengan teguh. Dia terlihat keras kepala dan menyedihkan. Donny merasa tidak tega, lalu segera menghibur. "Adik, jangan sedih. Kalau dia nggak tak tahu diri, sini biar aku saja yang menemanimu bermain. Perkenalkan namaku Donny, kamu bisa memanggilku Kak Donny." Nadine mengangkat bulu matanya yang basah, lalu mengamati pria bermata seksi di hadapannya. Dia tahu pria ini adalah putra dari Keluarga Liman yang tumbuh bersama Ravin dan memiliki hubungan dekat dengan Keluarga Alvaro. "Kamu bisa main biliar?" Nadine menggelengkan kepalanya. "Sini, aku ajari kamu." Nadine berusaha menyembunyikan rasa sedih di wajahnya, dan mengangguk pelan. Donny bahkan lebih mahir mengajarkan wanita bermain biliar daripada bermain sendiri. Tidak lama kemudian, Nadine sudah dipeluk dari belakang oleh Donny. Tangannya juga digenggam oleh Donny. Pria itu mengajarinya dengan serius. Di saat bersamaan, tubuhnya bergerak semakin dekat, tubuh bagian bawahnya bahkan hampir menempel pada Nadine. Ravin mengangkat kepala, lalu menatap ke arah meja biliar, sambil perlahan mengembuskan asap rokok. Melalui kabut asap yang samar, dia melihat Nadine membungkuk di atas meja, dengan ekspresi yang tampak serius. Dia juga melihat Donny yang menempel di belakang bokong Nadine yang terangkat ... Beberapa adegan yang belum lama terjadi, muncul otomatis di benaknya. Tenggorokan Ravin tiba-tiba terasa kering. Dia segera menunduk dan mengibaskan abu rokok. "Pak Donny, sudah cukup." Donny berkata, "Kok cepat sekali? Gimana kalau kita main satu ronde?" "Baiklah, apa taruhannya?" Donny menjawab, "Kalau menang, aku akan memberimu dua miliar. Kalau kalah ... " Donny tiba-tiba membungkuk, sudut bibirnya hampir menyentuh wajah Nadine. Lalu, dia berkata dengan nada yang ambigu, "Kalau kalah, kamu harus segera ikut aku pulang." Semua orang tertawa terbahak-bahak. Pipi Nadine menjadi sedikit merona, lalu dia mengatupkan bibirnya. "Kalau menang, aku nggak mau uang. Boleh nggak, aku ganti taruhannya?" "Nggak mau uang?" Bagi orang-orang yang hadir di sini, dua miliar hanyalah hiburan untuk semalam, tetapi bagi seorang wanita, itu bukanlah jumlah yang sedikit. "Kalau aku menang, aku ingin minta waktu berduaan dengan Pak Ravin." Nadine merendahkan suaranya, lalu berkata dengan malu-malu dan ragu-ragu. Saat berbicara, pandangannya langsung tertuju ke arah Ravin. "Kamu beneran berniat sekeras kepala seperti ini?" Donny bercanda kepada Nadine sambil melihat ke arah Ravin. Ravin menarik rokok dengan tenang, tanpa menunjukkan ekspresi marah di wajahnya. Donny menoleh, sambil bergumam, "Menarik". Lalu, dia menyerahkan tongkat biliar ke tangan Nadine.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.