Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 10

Julie membukanya, lalu terpampang berita Grup Luliver menggelar konferensi pers. Mereka mengumumkan Victor berhasil mengakuisisi Grup Purnama. Sejak saat itu, Grup Purnama lenyap dari dunia .... Di berita. Foto Victor tertangkap kamera. Wajah sampingnya tampan dan penuh percaya diri. Di bawah foto itu, banyak komentar orang-orang. "Victor ganteng banget. Dia masih muda, sudah jadi presiden Grup Luliver." "Sayang sudah nikah. Tapi, istrinya putri sulung Keluarga Purnama, 'kan?" "Itu cuma pernikahan bisnis. Kalian lupa berita tiga tahun lalu? Waktu nikah, Victor langsung tinggalkan istrinya ...." Julie terdiam. Internet memang tidak pernah lupa. Julie hampir saja lupa. Di hari pernikahannya, Victor meninggalkannya dengan marah. Dia terus menggulir membaca komentar. Tiga tahun ini. Dia sudah tahu Grup Purnama akan runtuh. Hanya saja, dia tidak menyangka akan secepat ini. ... Belakangan, Victor hidup dengan sangat tenang. Setelah mengakuisisi Grup Purnama, dendam pun terbalas. Steve tertawa. "Tiga tahun lalu, Keluarga Purnama menjebak pernikahan, akhirnya kena batunya sekarang." Lalu, dia berganti topik. Dia menoleh ke Victor yang sedang bekerja. "Victor, si Tuli itu ada datang merayu kamu belakangan ini?" Tangan Victor yang sedang menandatangani dokumen sempat berhenti. Entah kenapa, beberapa hari ini selalu ada yang menyebut Julie di hadapannya. Padahal sudah akan cerai, kenapa bayangannya tidak bisa hilang? "Nggak." Dia hanya menjawab nada dingin Steve kaget. "Grup Purnama sebesar itu bangkrut, Julie masih bisa tenang?" Dia menambahkan, "Jangan-jangan dia benar-benar sudah sadar?" "Aku dengar ibu dan adiknya sedang sibuk mencarinya. Nggak ada yang tahu dia sembunyi di mana." Steve terus berceloteh. Victor mengerutkan alis. Dia jelas sudah tidak sabar. "Keluar!" Steve tertegun. Dia baru sadar Victor marah. Steve tidak berani bicara lagi. Dia buru-buru keluar dari kantor direktur. Begitu dia pergi. Victor tanpa sadar mengambil ponselnya. Namun, dia tidak mendapat pesan atau telepon dari Julie. Dia benar-benar tidak mencarinya. Di luar, Steve agak cemas. Sebagai seorang pria normal, dia merasa sikap Victor makin aneh. Di luar tampak sama. Namun, setiap nama Julie disebut, emosinya mudah tersulut. Setelah keluar, Steve menelepon asistennya. "Sudah ketemu Julie?" "Sudah, dia ada di sebuah penginapan kecil di Desa Selata." Setelah dapat lokasi, Steve langsung mengemudi ke sana. Menurutnya, Julie sudah mengganggu Victor dan Clara lebih dari tiga tahun. Meskipun setuju cerai, dia tidak boleh dimaafkan semudah itu. Di luar, turun hujan. Setelah selesai menjadi relawan, Julie ke rumah sakit untuk mengambil obat. Saat ini, dia berjalan kembali ke penginapan. Jalanan sepi. Steve mengemudi, lalu pandangannya tertuju pada punggung Julie yang kurus. Steve tidak menyangka bisa bertemu dengan Julie. Dia sengaja menambah kecepatan, lalu melintasi Julie. Air dari jalan terciprat, hingga membasahi sekujur tubuh Julie. Julie menoleh dengan tatapan kosong. Steve melihat dari spion. Entah kenapa, hatinya tergetar. Julie mengenali mobil mewah Steve. Mobil itu adalah mobil Bugatti abu-abu gelap. Dia menunduk lagi. Dia pura-pura tidak melihat. Namun, Steve tidak menyerah. Dia melambatkan mobil dan mengikutinya. "Hei tuli, besar kepala sekarang? Lihat aku kok nggak sapa?" "Dulu, kamu rajin banget manggil aku, suka cari muka, 'kan?" Julie mendengar hinaannya, tetapi dia tidak bereaksi. Dulu, karena cinta Victor, Julie berusaha menyenangkan semua orang di sekitarnya, termasuk Steve. Awalnya, dia tidak tahu Steve membencinya, jadi dia baik padanya. Dia berharap suatu hari keluarga dan teman Victor bisa menerimanya. Namun, harapannya terlalu indah. Di sebuah pesta, Steve terang-terangan bilang bahwa dia temannya Clara. Demi membela Clara, dia membuang harga dirinya. Dia memaki Julie hina, tidak tahu malu. Akhirnya, dia mendorong Julie ke kolam renang, lalu membiarkannya hampir mati. Sejak itu, Julie selalu menghindarinya. Melihat Julie diam saja, Steve menghentikan mobil. Dia turun, melangkah cepat, lalu mencengkeram lengannya. Suaranya tajam. "Kali ini kamu mau pakai trik apa lagi?" Julie merasa lengannya sakit. Kemudian, dia mendongak dan menatapnya. "Aku nggak paham maksudmu." Dia berusaha melepaskan diri, tetapi Steve mendorongnya dengan kasar. "Jangan sentuh aku pakai tangan kotormu!" Julie mundur beberapa langkah, lalu terjatuh keras ke tanah hingga terdengar suara gedebuk. Steve tertegun dengan ekspresi tidak percaya. Julie ini. Sekarang, dia pura-pura jadi korban? Padahal dia cuma mendorong dengan pelan. Kok bisa jatuh begitu? Melihat ada orang-orang melirik, Steve merasa risih. Dia buru-buru kembali ke mobil, tetapi dia sempat memperingatkan. "Julie, jangan mentang-mentang cacat, lalu menindas Clara. Dia beda sama kamu. Dia susah payah sampai di titik ini. Jangan ganggu dia dan Victor lagi." Setelah pergi, Steve malah memberi tahu alamat Julie pada Keluarga Purnama. Julie terjatuh, hingga tangan dan lututnya lecet. Dia kesakitan hingga tidak bisa bangkit untuk waktu lama. Dia tidak paham, kenapa Steve jadi orang yang tidak tahu benar-salah. Dia masih ingat, empat tahun lalu, dia yang menyeret Steve keluar dari mobil yang hampir meledak. Tubuh dan wajah Steve penuh darah. Matanya tidak bisa melihat, tetapi dia masih berkata dengan pelan, "Terima kasih. Aku pasti akan membalas budimu." Beginikah balas budinya? Julie tidak pernah berharap balasan. Namun, dia tidak menyangka Steve justru membalas kebaikan dengan kebencian. Untungnya, ada pejalan kaki yang menolong Julie. "Nona, siapa dia? Mau lapor polisi?" Telinga Julie berdengung. Dia tidak mendengar ucapan mereka dengan jelas. Dia refleks mengira mereka peduli padanya, lalu menggeleng. "Tak apa-apa, aku tak apa-apa. Terima kasih ...." Dia membungkuk dalam-dalam, lalu pergi dengan langkah pincang. Orang-orang menatap kepergiannya. Mereka tidak bisa menahan rasa iba. Sebenarnya, sekalipun Julie mendengarnya, dia tetap akan menolak. Karena Keluarga Grayson tidak kalah berkuasa dari Keluarga Luliver. Bisnis medis mereka tersebar di seluruh dunia. Sebagai putra sulung Keluarga Grayson, jika Steve tidak begitu setia mengikuti Victor dan tidak menolak dunia medis, dia sudah bisa mengambil alih bisnis keluarga Grayson sejak lama. Dengan kondisi Julie sekarang, dia sama sekali tidak bisa menyinggung orang seperti itu. Setelah pulang, Julie mandi, lalu mengoleskan obat pada luka-lukanya. Julie terbaring dengan linglung. Setelah terjatuh keras hari ini, tekadnya untuk meninggalkan Victor makin bulat. Saat terbangun lagi. Langit baru mulai terang. Saat Julie berjalan ke ruang tamu, dia melihat Poppy sudah duduk di sofa dengan pakaian batik. "Sudah bangun? Kamu benar-benar bikin Ibu susah mencarimu." Julie mendengar nada sinis itu, sorot matanya menjadi suram. "Bu ...." Poppy menatap wajah Julie yang pucat tanpa darah. Dia tidak peduli sama sekali. Dia maju, lalu menampar pipi kanan Julie dengan keras.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.