Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 4

Chivonia telah mengoleskan lipstik kembali dan hendak meninggalkan kamar mandi sebelum tiba-tiba berhenti di sudut lorong. Tidak jauh dari sana, Stevino menekan Scarlet ke dinding sambil menciumnya dalam-dalam. Jari-jari ramping pria itu mengacak-acak rambut wanita itu, tangan lainnya menggenggam pinggang erat-erat seolah ingin menyatu dengannya. Scarlet mendongak, leher jenjang itu melengkung dengan anggun. Setelah beberapa saat, akhirnya Stevino melepaskannya. Ibu jari pria itu mengusap bibir Scarlet yang agak bengkak sebelum bertanya dengan suara rendah, "Sudah puas?" Scarlet bersandar dalam pelukan Stevino, suaranya terdengar manja. "Stev, menurutmu aku keterlaluan nggak? Aku sudah menerima pusakamu, tapi aku masih minta ciuman ... mungkin Kakak akan sedih lagi kalau melihat ini." "Aku cuma terlalu sedih. Seandainya kecelakaan itu nggak terjadi, kita pasti sudah bersama ...." Sorot mata Stevino terlihat tenang dan dia memeluknya dengan lebih erat. "Kesedihannya itu bukan urusanku." "Aku nggak menyukainya dan nggak akan pernah." "Yang selalu kucintai itu kamu, Scarlet." Setelah itu, Stevino menundukkan kepala dan menciumnya lagi. Chivonia berdiri di sana, hatinya seolah diremas tangan tak terlihat. Rasa sakit itu begitu hebat nyaris mencekiknya. Dia mencengkeram dada sambil berpikir, mungkin ini adalah perasaan yang masih tersisa untuk pria itu. Setelah perasaan ini memudar, tidak akan ada lagi yang tersisa. Stevino dan Scarlet berciuman selama tiga menit penuh sebelum berbalik untuk pergi. Setelah sosok mereka benar-benar menghilang, Chivonia baru muncul dari balik bayangan. Chivonia menarik napas dalam-dalam, merapikan gaun sebelum bersiap kembali ke ruang perjamuan untuk mengambil tasnya dan pergi. Namun saat memasuki aula, Scarlet bergegas mendekat, meraih pergelangan tangannya. "Kak, kalau kamu suka cincin pemberian Stev, aku bisa memberikannya padamu. Kenapa mencurinya?" Chivonia tercengang. "Apa maksudmu mencuri? Apa yang kamu bicarakan?" "Masih pura-pura!" Mata Scarlet memerah, "Aku baru saja ke toilet dan cincinnya hilang! Pelayan bilang cuma kamu yang mendekati tasku!" Pak Sofyan dan Bu Madeline bergegas mendekat, langsung menampar Chivonia tanpa mengatakan apa pun. "Vonia, nggak bisa hidup kalau nggak mengacau sehari saja, ya!?" Pipi Chivonia terasa panas. Sebelum dia sempat menjawab, ibunya berteriak, "Pelayan, geledah dia!" Beberapa pelayan langsung mengerumuni Chivonia, menarik-narik gaunnya dengan kasar. Chivonia meronta mati-matian. "Aku nggak mencuri! Lepaskan aku!" "Srak!" Suara kain robek terdengar dan bahu Chivonia tersingkap. Teriakan serta tawa kecil terdengar dari sekitar. "Ketemu!" Seorang pelayan mengeluarkan cincin giok dari tasnya, "Benar saja, cincin itu ada di sini!" Scarlet menerima cincin itu, air mata mengalir di wajahnya. "Kak, sekarang apa lagi yang mau kamu katakan?" Seluruh tubuh Chivonia menggigil dan hendak berbicara ketika kerumunan tiba-tiba bubar. Terdengar langkah kaki yang mantap mendekat. Chivonia mendongak dan melihat Stevino mendekat, sepatu kulit yang berkilau mengetuk lantai marmer. Setiap langkahnya bagaikan ketukan di hati Chivonia. "Kenapa mencurinya?" Suara pria itu lembut, tetapi langsung membungkam seluruh ruang perjamuan, "Masa nggak tahu kalau aku nggak pernah menganggapmu istriku?" Chivonia mendongak dan bertatapan dengan sorot mata dingin pria itu. "Chivonia, ada beberapa hal yang memang bukan milikmu," ucap pria itu. Setiap kata bagaikan pisau beracun, "Selamanya bukan milikmu." Chivonia tiba-tiba tawa. Tawa ini membuat alis Stevino berkerut. Dia pernah melihat Chivonia menangis, mengamuk dan histeris, tetapi belum pernah melihatnya tertawa seperti ini, tawa yang terdengar lega sekaligus mengejek. "Aku nggak mencuri." Suara Chivonia lembut, tetapi setiap kata terdengar jelas. Lampu gantung ruang perjamuan memancarkan kilauan yang bersinar seperti bintang di matanya. "Selain itu ...." Chivonia menarik napas dalam-dalam sebelum berkata perlahan. "Aku nggak menyukaimu lagi!"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.