Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 13

Theo langsung menggeleng tidak setuju. "Nggak boleh, orang ini licik, bagaimana kalau nanti dia menindasmu?" Kemudian, Theo memelototi pembantu itu. Kalau bukan karena orang ini membantu Kezia berbohong, Raina tidak akan datang bersamanya. Dia menunjuk pembantu itu dan berkata, "Kamu dipecat." Pembantu itu langsung membelalakkan matanya. Orang ini buta? Dia tidak bisa melihat keringat dingin di kening Kezia? Sementara Thomas "kebetulan" datang di saat ini, "kebetulan" mendengar kata-kata Theo, lalu langsung menarik pembantu itu keluar. Raina kembali tersenyum pada Theo. "Kak, serahkan urusan di sini padaku, aku mau bicara sebentar sama Kak Kezia." Theo tentu saja tidak akan menolak permintaan Raina, tapi sebelum pergi, dia tidak lupa memberi Kezia peringatan. "Kamu sebaiknya jangan macam-macam, kalau kamu berani menindas Raina, kamu bakal tahu rasa!" Setelah melihat Theo pergi, kelembutan dan senyuman di wajah Raina langsung berubah, wajahnya terlihat menakutkan. Dia mencibir, "Aku akan membuat Reynald cerai denganmu." Kezia langsung merasakan firasat buruk. Namun, Raina tidak mengatakan apa-apa, hanya mengirimkan sebuah pesan lewat ponselnya. Ini tidak seperti sikap Raina biasanya. Tidak lama kemudian, Raina keluar tanpa mengatakan apa-apa. Apa lagi yang mau dia lakukan? Kezia menutup matanya kelelahan, tangannya mengelus perutnya dalam keheningan. Apa pun yang mau Raina lakukan, dia tidak akan membiarkan Raina berhasil! Keesokan paginya. Raina datang dengan beberapa pembantu yang bertubuh besar. Semuanya terlihat memiliki niat buruk. Melihat ini, Kezia yang sudah gelisah langsung waspada. Dia menatap orang-orang itu lekat-lekat. "Apa yang mau kalian lakukan?" Raina tersenyum tipis lalu melambaikan sebuah kamera di tangannya. "Tentu saja memotretmu yang cantik ini." Setelah itu, Raina melirik Thomas. Thomas pun keluar. Kezia kembali melihat Raina dan berkata, "Kamu berani foto? Kamu nggak takut Keluarga Hartono curiga? Tuan muda pertama itu nggak mungkin diam saja melihat Keluarga Hartono ada aib." "Diam kamu!" Muncul kekesalan di mata Raina, lalu dia mendongak dan tersenyum penuh makna. "Sebentar lagi kamu sudah bukan anggota Keluarga Hartono." Setelah itu, Raina memerintahkan para pembantu itu, "Kenapa kalian diam saja? Cepat lepas baju wanita ini!" Mereka mau melepas bajunya? Tiba-tiba, Kezia menyadari ada seorang pria. Akal sehatnya yang masih bertahan langsung putus. "Raina, kamu sudah gila?" Dia tidak hanya mau foto, dia mau menghancurkannya. Melihat rencananya ketahuan, Raina hanya mengangkat bahunya. "Aduh, ketahuan deh." Pria yang berdiri di paling belakang berjalan maju, lalu berkata tidak sabar, "Nona Raina, kita sudah boleh mulai?" Setelah itu, dia melihat Kezia dengan mesum. Dia juga sudah sering bermain dengan banyak wanita, tapi tidak pernah yang berkualitas seperti Kezia. Apalagi ini istrinya Reynald Geraldi, entah bagaimana rasanya. Melihat pria itu begitu tidak sabaran, Raina meliriknya. "Kevin, ngapain kamu buru-buru begitu? Dia sudah jadi punyamu, sana." Setelah itu, Raina menyuruh para pembantu melepas baju Kezia. "Ini melanggar hukum, aku bisa menuntut kalian!" Mendengar ancaman Kezia, Kevin tetap sibuk melepas pakaiannya, sama sekali tidak peduli dengannya. Sementara Raina malah tertawa terbahak-bahak. "Mau lapor polisi? Kalau sampai Ayah tahu kamu tidur dengan sekumpulan orang, dia pasti akan mengusirmu dari rumah." "Nggak, dia bakal langsung mencari cara untuk membunuhmu. Kakakku tersayang, hari ini adalah hari terakhirmu, sedangkan foto-foto ini ...." Raina lagi-lagi mencibir. Dia akan menunjukkan betapa gatalnya Kezia Hartono ke seluruh orang di dunia. Dengan begitu, hati Reynald akan benar-benar berpindah dari Kezia. "Kalian cepat sedikit." Raina kembali mendesak. Tidak lama kemudian, dua orang pembantu menekan Kezia agar Kevin bisa langsung memerkosanya. Raina juga sudah mengambil banyak foto. Muncul kilatan tajam di mata Kezia. Dia tidak boleh diam saja, kalau tidak, dia mungkin akan dihancurkan sehancur-hancurnya oleh Raina. Kezia langsung menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong orang yang menekannya, lalu berlari ke arah balkon. "Cepat tangkap dia, jangan sampai dia lompat!" Raina yang sudah tahu rencana Kezia segera memerintahkan para pembantu untuk menangkap Kezia. Namun, Kezia sangat cepat. Dia melompati teralis lalu tersenyum kepada Raina. "Kamu sudah mendapatkan begitu banyak, tapi tetap nggak puas. Raina, terlalu serakah justru akan menghancurkanmu." Setelah itu, Kezia langsung lompat ke bawah. Ukh .... Lompat dari lantai dua tidak akan mati, tapi lukanya juga tidak kecil. Kezia berusaha sekuat tenaga untuk bangun, tapi rasa sakit di perut bagian bawahnya membuat matanya gelap, dia kembali terkapar di lantai. Anaknya! Kezia memegang perutnya yang sakit, lalu mendongak melihat Thomas yang berlari kemari karena mendengar suara. "Pak Thomas, cepat panggilkan ambulans, anakku ...." Sebelum dia selesai bicara, kesadarannya sudah hilang. Thomas yang melihatnya langsung pucat pasi karena kaget. Celana Kezia lagi-lagi dinodai darah. Sementara Raina yang berdiri di balkon juga terkejut, dia refleks melangkah mundur. "Gawat, dia sampai mati." Ada seseorang yang bergumam. Raina berbalik dengan tatapan yang sangat galak. Bertatapan dengan mata Raina yang seakan-akan mau memakan orang, Kevin langsung gemetaran. "Nona Raina, perjanjian kita hanya meniduri Kezia, nggak ada yang lain." "Tutup mulutmu!" Raina menunjukkan ekspresi kejam, dia menatap semua orang di sana dan memberi peringatan, "Kezia melompat sendiri, kalian semua nggak pernah datang ke sini. Mengerti?" Semua orang mengangguk. Raina langsung menyuruh semua orang pergi, lalu dia juga ikut turun. Di rumah sakit. Kezia perlahan-lahan sadar kembali. Waktu dia mau membuka matanya, dia mendengar ada yang berbicara. "Ayah, si pembawa bencana ini mau membebani keluarga kita. Menurutku, kita harusnya menyuruhnya meninggalkan Keluarga Hartono." "Kezia nggak bisa terus tinggal di keluarga kita lagi." Suara ini .... Hatinya kembali merasakan kesakitan yang familier. Itu suara Joseph Hartono, kakaknya yang pertama. Tiba-tiba, ada yang menarik selimutnya. "Aku tahu kamu sudah bangun, jangan pura-pura tidur." Itu suara Theo. Bulu mata Kezia bergetar, lalu matanya terbuka. Ketika bertatapan dengan matanya yang datar, Theo merasa agak bersalah, dia refleks mengalihkan tatapannya. Setelah itu, Kezia mendongak melihat Joseph yang berpenampilan rapi dan sopan. Melihat di matanya hanya ada kejijikan, Kezia lagi-lagi tertawa. "Kamu ketawa? Kamu kenapa bisa semenjijikkan itu? Kakakmu cuma mengurungmu beberapa hari, kamu nggak tahan nggak main sama pria?" Mendengar itu, wajah Kezia langsung memucat. Dia melihat ke arah ayahnya, Noah Hartono, lalu menggeleng. "Bukan begitu, aku nggak pernah melakukan hal seperti itu, Raina yang membawa orang ...." "Sudah cukup! Kamu jangan cari alasan lagi. Kami sudah tahu apa yang terjadi. Kamu takut ketahuan, jadi kamu mendorong Raina dari balkon, tapi malah kamu sendiri yang jatuh!" Noah kembali menyela Kezia.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.