Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 3

Di pagi hari, sinar matahari menembus gorden jendela. Kezia berbaring di kasur, wajahnya terlihat sangat pucat. "Sudah bangun?" Terdengar suara rendah yang agak serak. Reynald berjalan keluar dari kamar mandi memakai handuk yang agak longgar, rambut yang setengah kering masih meneteskan air. Ditambah dengan otot perutnya yang terbentuk jelas, dia terlihat sangat seksi. Mata Kezia yang sudah tidak beremosi bergetar. Dia bangun, selimut yang menutupinya pun jatuh mengikuti gerakannya. Kulit yang tidak tertutup baju tidur langsung terlihat. Di kulit yang tadinya putih terlihat banyak kemerahan dan ungu. Membuktikan kegilaan semalam. Semua ini adalah perasaan Reynald terhadap Raina. Melihat Kezia tidak berbicara dan hanya menahan diri, Reynald mengernyit. Terutama saat melihat memar di tubuh Kezia, bibirnya jadi tertutup rapat. Entah kenapa, dia merasa kesal. Namun, begitu teringat dengan semua perbuatan Kezia sebelumnya, rasa kasihan yang baru saja muncul langsung menghilang lagi. "Bukannya ini yang kamu mau selama ini?" Reynald melangkahkan kakinya ke sofa lalu duduk, kemudian mengambil sebatang rokok dari laci dan menyalakannya. Asap rokok membuat wajahnya terlihat buram. "Memakai tubuhmu untuk mendapatkan posisi sebagai istriku." "Jadi, kamu nggak usah sok sedih begitu." Hati Kezia yang sudah mati rasa kembali berdenyut sakit. Dia tersenyum pahit, lalu berjalan menahan rasa pegal di tubuhnya untuk mengambil surat perjanjian perceraian itu. "Reynald, kita cerai saja." Suaranya kecil, tapi sangat jelas. Mata Reynald berubah gelap. Setelah sekian lama, dia baru perlahan-lahan mengisap rokoknya sambil mencibir, "Kamu tahu apa yang kamu bilang?" "Aku tahu." Mata Reynald menyipit, tatapannya yang tajam seakan-akan mau melihat ke dalam otak Kezia. "Kalau begitu, kamu merasa trik ugal-ugalan nggak berguna, mau mulai pakai trik tarik ulur?" Kezia menarik napas dalam-dalam lalu berkata dengan tegas, "Nggak, aku serius. Kalau nggak ada masalah lagi dengan perjanjiannya, bisa ditandatangani sekarang juga." Setelah tanda tangan, hubungan antara mereka berdua akan berakhir. Senyuman di wajah Reynald perlahan-lahan menghilang, dia mematikan api rokoknya di asbak lalu berjalan menghampiri Kezia. Tubuhnya yang besar penuh dengan tekanan. "Dulu kamu menggunakan segala cara untuk mendapatkan pernikahan ini, sekarang kamu bilang kamu mau cerai?" "Kezia, menurutmu aku bakal percaya?" Tatapan Reynald yang tajam bagaikan pisau yang menusuk hati Kezia. Namun, dia sudah tidak akan merasa sedih hanya karena kata-kata Reynald. Dia menatap mata Reynald lalu berkata secara perlahan, "Terserah kamu mau percaya atau nggak, kejadian waktu itu bukan perbuatanku. Kamu cuma tinggal tanda tangan, setelah itu aku nggak akan mengganggumu lagi." "Bukannya ini yang kamu mau selama ini?" Mata Reynald yang dalam menatap mata Kezia lekat-lekat, seakan-akan mau mencari tanda-tanda bercanda di mata Kezia. Namun, tidak ada. Kezia serius. Secara logika, Reynald harusnya merasa senang, tapi entah kenapa, dia malah merasa kesal. Dulu wanita ini menghalalkan segala cara untuk menikah dengannya, mana mungkin tiba-tiba berinisiatif mau cerai? Pasti ada udang di balik batu! "Kamu nggak berhak membuat keputusan!" Kezia membuka mulutnya mau mengatakan sesuatu, tapi ponsel Reynald berbunyi. Melihat nama di layar ponsel, Reynald langsung menerima panggilan dan suaranya berubah lembut. "Ada apa, Raina?" Suara wanita yang lemah lembut terdengar di kamar yang hening ini, raut wajah Reynald langsung berubah tegang. "Oke, kamu tunggu bentar, aku segera ke sana." Setelah itu, dia langsung pergi dengan terburu-buru. Melihat surat perjanjian di tangannya, Kezia menertawai dirinya sendiri. Reynald, kamu bahkan tidak mau memberikanku kesempatan untuk bebas? ... Sore itu juga. Kezia memakai gaun lengan tali yang sederhana, merias wajahnya dengan riasan tipis, lalu pergi ke acara pelelangan amal. Semua orang mengira dia bisa hidup berkecukupan karena bergantung pada Reynald. Mereka tidak tahu .... Dia adalah seorang kolektor terkenal di dalam negeri, juga seorang penilai tingkat tinggi, dia bisa menilai keaslian suatu barang hanya dengan sekali lihat. Apa yang bisa dia lakukan, apa yang dia miliki, jauh, jauh melebihi yang mereka bayangkan. Di dalam hall acara pelelangan amal, lampu gantung menerangi ruangan. Orang-orang terkenal dari berbagai bidang duduk di kursinya masing-masing, saling mengobrol dengan suara kecil. "Katanya hari ini kolektor yang namanya mengguncang dunia itu juga bakal datang." "Maksudmu si Alex yang misterius itu?" "Wah, kalau ada dia, kelihatannya hari ini ada harta misterius." Tidak ada yang tahu, "Alex" yang mereka maksud saat ini sedang memakai kaus oversize dan baru saja melewati mereka. Mendengar perbincangan mereka, Kezia tersenyum. Dia adalah "Alex" yang mereka bicarakan. Ibunya adalah putri dari seorang direktur museum koleksi. Semua orang mengira ibunya sudah putus hubungan dengan keluarganya demi menikah dengan ayahnya. Sebenarnya tidak benar. Kezia bisa punya pencapaian sebesar ini juga karena ada dukungan dari kakeknya. Kakeknya membuat sebuah platform untuknya. Sementara dia sendiri juga punya ingatan fantastis, sangat berbakat, dengan kemampuan tinggi dalam menilai karya seni. Mulai dari material, teknik pengerjaan, hingga sejarahnya. Selama lima tahun ini, Kezia yang memakai identitas "Alex" selalu mengguncang pasar setiap kali dia muncul. Hanya satu kata darinya, bisa membuat harga sebuah karya seni naik turun drastis. Setiap kali ada harta berharga yang mau dilelang, pelelangan selalu mengirimkan undangan ke Kezia berbulan-bulan sebelumnya. Di dunia kolektor ada satu kalimat terkenal tentang dia. Hanya satu anggukan kepala dari Alex, sebuah karya seni yang sejelek apa pun bisa terkenal dalam sekejap. Semua orang di sini sudah pernah mendengar namanya. Namun, hari ini dia datang bukan demi harta berharga. Melainkan untuk serpihan tidak berguna itu. Dia duduk di sudut, menunggu dalam diam. Acara pelelangan berlangsung dengan lancar. Harta-harta berharga dilelang dengan penuh semangat. Sampai ketika karya seni rusak yang terbuat dari kaca itu keluar, di mata Kezia yang datar muncul sedikit sinar. Kaca itu memantulkan sinar penuh warna. Begitu dikeluarkan, langsung menarik perhatian banyak orang. Sorak kagum hanya berlangsung sebentar, lalu kembali hening. "Karya dari kaca begini saja kenapa dilelang?" "Kamu nggak tahu, 'kan? Karya kaca ini dulunya sangat mahal, tapi kayaknya gara-gara kebakaran, jadi agak rusak." "Karya yang sudah rusak sama sekali nggak berharga." Semua orang terdiam. Juru lelang bertatapan dengan staf belakang layar, lalu staf itu menggelengkan kepalanya. Juru lelang terpaksa mempercepat proses pelelangan. "Kalau karya seni ini tidak menarik perhatian saudara-saudara sekalian, kita teruskan ...." "Sepuluh miliar." Tepat pada saat ini, suara nyaring dan merdu memecah keramaian.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.