Bab 62
"Tentu saja nggak."
Mata Kezia kembali bersinar, bagaikan pohon kering yang kembali disirami dengan harapan hidup.
Dia tersenyum pada Alva. "Aku nggak akan menyerah begitu saja. Pak Galih memang salah paham padaku, tapi aku bisa menjelaskan padanya. Kalau satu kali nggak bisa bertemu dengannya, aku akan mencoba beberapa kali lagi."
Setelah berkata demikian, Kezia kembali mengirimkan pesan pada asisten Galih.
Begitu pesan terkirim, dia merasa lebih lega.
Tak lama kemudian, Kezia tertidur di bahu Alva.
Alva menundukkan kepala untuk menatap Kezia. Dia menggerakkan tubuhnya ke arah Kezia agar Kezia dapat bersandar dengan nyaman.
Dia sedikit memiringkan wajahnya sehingga pipinya pun bergesekan dengan rambut Kezia.
Keesokan harinya.
Kezia berlari turun dengan penuh semangat.
Melihat Alva berada di dapur, dia masuk ke dapur sambil mengangkat ponselnya untuk menyampaikan kabar gembira.
"Alva, cepat lihat. Pak Galih mau menemui kita."
Melihat isi pesan, Alva tertegun sejenak sebelum tersenyum.

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link