Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 12

Jam tujuh malam, Kayla baru menerima telepon dari Matthew. [Maaf, tadi ada urusan.] Suara Matthew terdengar dingin dan acuh tak acuh, tanpa sedikit pun ketulusan. Kayla memang agak kesal, karena pria ini tidak menyukainya dan tidak peduli, maka dia juga tidak pernah menghargainya. Pria ini bahkan membiarkannya menunggu di kantor catatan sipil sepanjang sore. Kayla ingin marah, tetapi kemudian dia merasa tidak ada gunanya. Dia pun menghela napas dan berkata, "Besok pagi, kamu bisa datang?" [Aku lagi di luar kota, Senin saja.] "Senin aku nggak ada waktu," kata Kayla. Lalu, dia segera menutup teleponnya. Keesokan harinya. Saat tiba di kantor, Kayla baru tahu urusan yang dimaksud Matthew itu ternyata benar demi Natalie. Natalie adalah duta merek grup yang ditunjuk oleh presdir sebelumnya. Namun, Natalie terus menunda-nunda pemotretan. Kepala divisi pemasaran sudah sangat frustrasi. "Hanya bilang oke, tapi nggak pernah datang. Gimana coba?" Asisten yang mengecek akun Instagram Natalie, mendapati wanita itu sedang berada di Kota Ceribon. Natalie tampak sedang mengunjungi sebuah restoran. Meski keduanya tidak muncul di foto, tetapi jari-jari kurus pria yang sedang menggenggam cangkir terekam dengan sempurna. Pagi ini, Natalie bahkan mengunggah foto dengan latar jendela kaca besar, matahari terbit, dan bayangan seorang pria yang sangat tampan. Singkat kata, keduanya sedang memamerkan kemesraan dengan cara "berkelas", sebuah pemandangan yang damai dan tenteram. "Kalau dalam tiga hari, dia masih nggak mau kerja sama, ganti saja!" ... Setelah pulang kerja pada hari Jumat, Kayla pergi ke kediaman Keluarga Walker. Margaret membahas acara pesta besok dengan Kayla. Kayla tahu Margaret menyayanginya dengan tulus. Dia pun berusaha memberikan kesempatan padanya dan Matthew agar bisa kembali bersama. Namun, sekarang hubungan mereka sudah benar-benar berakhir. Acara perjodohan itu terasa semakin tidak tepat. Jika Kayla tetap setuju, itu sama saja tidak tahu diri, karena bagaimanapun juga, Margaret dan Matthew adalah ibu dan anak. "Ibu kan tahu aku nggak suka acara pesta begitu. Aku lebih suka ketenangan." "Tapi, aku sudah mengatur semuanya. Aku bahkan sudah mengundang banyak orang." "Kalau begitu ... anggap saja ini pesta penyambutan untuk Matthew? Dia kan baru balik ke tanah air dan akan bergabung dengan Grup Walker. Pas sekali, 'kan?" "Dia nggak pantas!" kata Margaret. Dia lebih menyukai sifat Kayla yang tahu batasan. Margaret menggenggam tangan Kayla dengan erat, "Aku benar-benar nggak ingin kalian bercerai." "Aku mengerti, Bu. Tapi, mungkin memang kami nggak ditakdirkan jadi suami istri. Setelah kupikir-pikir, jadi kakak adik, rasanya nggak buruk juga." Matthew berdiri di pintu ruang tamu, dan mendapati ekspresi wajah Kayla yang tenang sambil tersenyum. Matthew teringat pertanyaan Yogi di klub tempo hari. "Kayla benar-benar mencintaimu selama tiga tahun?" Saat itu, Kayla sebagai istrinya, bahkan sudah tidak memedulikan pengakuannya sebagai kakaknya. Wanita itu malah terus tertawa bersama Faris. Akhirnya Matthew yakin, bahwa Kayla benar-benar ingin bercerai, bukan sekadar pura-pura. Namun, Matthew tidak merasakan kelegaan seperti yang dibayangkannya. Dia justru dihantui dengan perasaan tidak nyaman. Karena perasaan tak nyaman itulah, Matthew sengaja membatalkan janji dengan Kayla di sore hari itu. Selama beberapa hari di luar kota, Matthew terus merenung, termasuk mengingat semua hal kecil yang telah Kayla lakukan untuknya dalam tiga tahun terakhir. Akhirnya dia menyadari, rasa tidak nyaman itu hanyalah karena belum terbiasa dengan perubahan sikapnya yang drastis, serta rasa posesif yang muncul karena status Kayla sebagai istrinya. Namun, Matthew tidak bisa memilih Kayla dan mengingkari janjinya sendiri hanya karena perubahan kecil itu. "Bu, kalau kami jadi kakak adik, hubungan kami nggak akan secanggung ini ... " kata Matthew. Kayla menoleh pada Matthew. Pria itu duduk santai di sofa, lalu menambahkan, "Dia akan menemukan seseorang yang lebih cocok dariku. Faris tuh sangat menyukainya." "Faris ini memang lebih berjiwa bebas, tapi latar belakang keluarga dan kepribadiannya bagus. Kayla, kamu suka dia?"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.