Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 13

Kayla mendapati ibu mertuanya berkedip nakal padanya, seolah ingin menggunakan Faris untuk memancing reaksi Matthew. Namun, sebenarnya tidak perlu. Kayla berpikir sejenak, lalu berkata dengan jujur, "Aku juga nggak tahu, karena aku nggak terlalu kenal, tapi dia itu sangat humoris, ngobrol dengannya sangat menyenangkan." Mendengar itu, Margaret tahu tidak ada harapan bagi mereka. Dia tidak berkata apa-apa lagi, dan menyetujui perceraian mereka di hari Senin. Setelah makan malam, Margaret bersikeras agar Kayla bisa bermalam di sana, membuatnya tidak bisa menolak. Sebelum tidur, Kayla menghangatkan segelas susu dan mengantarkannya ke kamar Margaret. Saat sampai di depan pintu, Kayla mendengar Margaret sedang berbicara. "Kalau kamu ingin bercerai, kami setuju dan mengalah lagi. Tapi, coba kesampingkan dulu kebaikan Keluarga Cavendish, mari kita bicara tentang Kayla. Selain menikah denganmu karena mencintaimu, memangnya dia pernah melakukan sesuatu yang tak termaafkan?" "Saat kamu lagi di luar negeri, Ben juga nggak ada di Kota Andara, setiap kali aku nggak enak badan, Kayla 'kan yang selalu sibuk mengurus segalanya? Memangnya itu nggak cukup untuk mendapatkan perlakuan baik darimu?" Ucapan Margaret itu membuat Kayla merasa sedih. Dia lalu mengetuk pintu dan masuk ke dalam kamar. Kayla sudah membersihkan riasannya. Dia mengenakan celana kulot putih dan sweater rajut abu-abu muda. Tahi lalat di ujung hidungnya kembali terlihat, membuat penampilannya tampak santai, tetapi juga agak imut. Matthew hanya meliriknya sekilas, lalu pergi. Kayla pun tidak banyak mengobrol lagi dengan Margaret. Setelah meninggalkan ruangan, Kayla mendapati Matthew sedang bersandar di dinding sambil merokok. Dia lalu menutup pintu sambil bertanya, "Ada yang ingin kamu bicarakan denganku?" "Yang ibuku katakan itu benar juga. Selama ini sikapku terlalu buruk padamu. Ke depannya, aku akan memperlakukanmu lebih baik." Kayla tidak terlalu berharap, tetapi tetap tersenyum sambil berkata, "Oke." ... Pada Sabtu malam, vila kediaman Keluarga Walker dipenuhi mobil-mobil mewah, suasananya sungguh ramai. Yang paling mencolok tentu saja Faris. Dia membawa buket besar mawar merah muda, sambil berkeliling mencari Kayla. "Kak Matthew, mana Kayla?" Matthew tidak melihat Kayla sejak sore. Dia mengira wanita itu sedang pergi untuk merias diri. Namun, pesta sudah dari tadi dimulai, sementara Kayla, sang wanita utama, masih belum terlihat. "Kak, cepat bantu aku mencarinya." Faris menarik Matthew pergi. Jika mencari-cari sendirian di halaman Keluarga Walker, sepertinya sangat tidak pantas. Matthew hanya terdiam. Entah di mana wanita itu berada. Setelah mencari cukup lama, Matthew melihat Kayla dan putri kakak keduanya sedang membuat kue di ruangan samping melalui jendela besar di halaman belakang. "Aku cinta banget deh. Kok wanita itu bisa berbakat banget?" Faris meninggalkan Matthew dan masuk ke dalam ruangan. Setelah berpikir sejenak, Matthew yang awalnya ingin kembali lewat jalan yang sama, memutuskan untuk mengikuti Faris. Ruangan kecil itu dipenuhi aroma manis jeruk. Kayla memeluk buket bunga besar itu sambil tersenyum kepada Faris. "Terima kasih, aku suka banget." Si playboy yang biasanya percaya diri, tiba-tiba menjadi malu. Dia mengangkat kepala dan menatap Kayla. Dia terpaku cukup lama saat melihat tahi lalat kecil di ujung hidung Kayla. "Kamu kok cantik banget sih. Tahi lalat itu membuatmu terlihat sangat berbeda." Kayla tidak tahu harus menjawab apa. Dia lalu meletakkan bunga dengan baik. Faris pun sadar dirinya terlalu blak-blakan. Dia buru-buru mengalihkan pembicaraan. Saat melihat jeruk kering dan kue jeruk di meja, dia pun bertanya, "Semua ini kamu yang buat?" Naomi Walker merasa kesal. "Kamu ini siapa? Ngapain kamu mencari perhatian dari bibiku?" Faris seketika tertegun, lalu mendengar Kayla menjelaskan, "Naomi, aku ini tantemu." Matthew mengerutkan kening. Dulu saat mendengar Naomi memanggil Kayla "Bibi", Matthew merasa itu sangat menyebalkan. Namun, saat hari ini mendengar sebutan "tante" keluar dari mulut Kayla, justru terdengar lebih menyebalkan. Kayla hendak membuat arak jeruk. Beras ketan yang sedang dikukusnya, sekarang seharusnya sudah matang. Dia lalu berkata, "Faris, kamu makan dulu saja, sambil tunggu aku sebentar ya." Kayla pun masuk ke dapur. Saat sedang mengurai ketan panas yang baru disiram air dingin, ikat rambutnya terlepas. "Naomi, bisa tolong ikatkan rambutku?" Melihat Naomi berlari menghampirinya, Kayla pun berjongkok sambil membelakangi pintu. "Ikat yang kencang ya." Begitu jari-jari yang hangat tanpa sengaja menyentuh kulit leher Kayla, dia langsung merasa geli. Dia mengira itu Faris, lalu secara refleks menghindar, tetapi sebuah tangan memegang pinggangnya dan berbisik, "Jangan bergerak."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.