Bab 14
Pukul delapan malam, Shayne yang menerima undangan dari Kevin datang ke ruang perjamuan bersama Nyonya Besar Nera, Sofie dan Franciska yang ingin berteman dengan adik Kevin.
Jarang sekali Nyonya Besar Nera menunjukkan senyuman di wajahnya yang keriput dan kasar.
Dia berkata kepada Shayne, "Kudengar kali ini Kevin akan membawa adiknya ke perjamuan. Hari ini kamu harus tampil dengan baik agar putri Keluarga Lumanto itu suka padamu."
Kata-kata ini tidak hanya membuat ekspresi Sofie agak berubah, tetapi Shayne juga tidak tahan untuk mengerutkan kening.
"Nek, aku sudah menikah."
Nyonya Besar Nera terlihat tidak peduli. "Terus kenapa kalau sudah menikah? Paling lama cuma tiga bulan dan kalian akan segera bercerai, 'kan? Manfaatkan waktu ini untuk segera memperbaiki hubunganmu dengan putri Keluarga Lumanto. Setelah bercerai dengan Merry, kamu bisa menikahinya."
Suara percaya diri itu terdengar seolah yakin bisa membuat putri Keluarga Lumanto itu menikahi Shayne.
Franciska sudah lama tahu apa yang Nyonya Besar Nera rencanakan dan dia melirik Sofie dengan hati-hati.
Shayne berkata dengan tenang, "Nek, meski aku dan Merry bercerai, aku nggak menikahi putri Keluarga Lumanto."
"Bodoh!" Nyonya Besar Nera menghardik, "Keluarga apa Keluarga Lumanto itu? Itu keluarga kaya raya! Nenek tahu kamu cakap dan nggak mau bergantung pada wanita, tapi kamu juga harus memikirkannya. Kemampuanmu juga butuh tempat untuk ditunjukkan!"
"Menikahi putri mereka dan mendapatkan dukungan dari Keluarga Lumanto. Dengan kemampuanmu, kamu pasti akan menjadikan Keluarga Wilson salah satu keluarga terbaik dunia dalam lima tahun. Berapa tahun perjuangan yang bisa dilewatkan?"
"Toh putri Keluarga Lumanto itu jelas juga tertarik padamu. kamu harus memanfaatkan kesempatan besar ini."
Wajah gagah pria itu terlihat tidak berdaya.
"Nenek, kamu salah paham. Aku belum pernah bertemu putri Keluarga Lumanto. Omong kosong kalau bilang dia tertarik padaku."
Nyonya Besar Nera berkata, "Cuma karena belum bertemu, bukan berarti dia belum pernah melihatmu. Ambil contoh proyek kerja sama antara kedua perusahaan. Kenapa tiba-tiba saja Keluarga Lumanto memberi kita keuntungan sebesar itu?"
Alis Shayne berkerut.
Tindakan Keluarga Lumanto memang sangat aneh.
Kerja sama ya kerja sama, tetapi tidak ada bedanya dengan memberi keuntungan.
Sebelum ini, baik dia maupun Keluarga Wilson tidak memiliki hubungan apa pun dengan Keluarga Lumanto.
Nyonya Besar Nera melanjutkan, "Shayne, kudengar Kevin pernah mengaku kalau dia memperlakukan Keluarga Wilson dengan istimewa demi adiknya. Kamu bilang putri Keluarga Lumanto nggak tertarik padamu ... kamu percaya?"
Pada saat ini Sofie yang dari tadi diam tiba-tiba angkat bicara, "Nek, belakangan ini Merry terus berusaha keras untuk menarik perhatian Shayne ... takutnya dia nggak akan setuju untuk cerai begitu saja, 'kan?"
Memikirkan Merry, Nyonya Besar Nera merasa sangat kesal.
Dia mendengus. "Bukankah itu cuma masalah uang? Saat bercerai, beri saja lebih banyak uang untuk menyingkirkannya. Kalau dia berani mengacaukan pernikahan cucuku lagi ...."
Kilatan dingin melintas di mata Nyonya Besar Nera. "Aku pasti akan membuatnya menyesal!"
Teringat saat Merry membuatnya marah sampai harus dirawat di rumah sakit, kebencian Nyonya Besar Nera terhadap Merry meningkat.
Wanita itu tidak bisa hamil, tetapi pandai mengeluh.
Kalau bukan karena wanita jalang itu, untuk apa Shayne memecat dua orang pelayan yang selama ini melayaninya?
Saat keempatnya memasuki ruang perjamuan, mereka mendengar orang-orang mengobrol.
"Dengar-dengar cabang perusahaan Grup Lumanto telah mengangkat manajer baru. Sepertinya Pak Kevin berniat menyerahkan seluruh bisnis di Negara Zazie kepada manajer itu."
"Benarkah? Kudengar bahkan untuk karyawan biasa saja cukup sulit untuk masuk ke Grup Lumanto. Harus lulus dari universitas ternama dunia ... apalagi posisi manajer, harus melewati tahap seleksi yang sama sulitnya dengan ujian masuk universitas."
"Perjamuan hari ini adalah pertemuan perkenalan khusus untuk manajer ini ... sepertinya Pak Kevin sangat menghargai manajer ini."
"Kamu nggak tahu, ya? Perjamuan hari ini memang pertemuan dengan manajer baru, tapi nyatanya ... Kevin ingin memperkenalkan adiknya kepada semua orang."
"Adik Kevin? Putri misterius Keluarga Lumanto? Sepertinya dia belum pernah muncul di depan umum, 'kan?"
"Benar, Keluarga Lumanto bahkan belum mengungkapkan namanya."
"Aku sangat penasaran."
Suara obrolan para tamu juga didengar oleh Shayne, Nyonya Besar Nera dan Sofie.
Wajah Nyonya Besar Nera terlihat bangga. "Shayne, Nenek benar, 'kan? Karena Kevin bersedia membawa putri Keluarga Lumanto yang belum pernah muncul sebelumnya ke sini, dia pasti ingin memperkenalkannya padamu."
Nyonya Besar Nera ingin memberikan beberapa nasihat lagi, menyuruh Shayne untuk tampil dengan baik. Sayangnya, seorang rekan yang kenal Shayne maju dan mulai mengobrol dengannya.
Nyonya Besar Nera tidak mengganggu lagi, melainkan menatap Sofie yang ada di samping.
"Sofie, Nenek tahu perasaanmu terhadap Shayne, tapi kamu juga tahu seorang pria harus fokus pada karier dan nggak boleh terikat pada urusan cinta."
Dia menepuk punggung tangan Sofie dengan lembut dan berkata, "Nenek nggak keberatan kamu melanjutkan hubunganmu dengan Shayne. Kalau kelak kamu melahirkan seorang anak untuk Keluarga Wilson di masa depan ...."
Dia terdiam sejenak sebelum tersenyum. "Anak di luar nikah juga bisa dapat bagian. Franciska, kamu paling dekat dengan Sofie, jadi cobalah membujuknya kalau kamu punya waktu."
Ekspresi Sofie membeku.
Franciska menarik Sofie dengan lembut dan Sofie hanya bisa mengangguk patuh.
"Nenek, aku mengerti."
Tiga tahun yang lalu dia berusaha menyanjung Nyonya Besar Nera demi menikah dengan Keluarga Wilson. Setelah akhirnya berhasil membujuk Nyonya Besar Nera, Shayne justru direbut oleh Merry.
Sekarang akhirnya Shayne dan Merry akan bercerai, tetapi tiba-tiba putri Keluarga Lumanto muncul lagi.
Sofie menunduk, menyembunyikan kilatan suram dan dingin di matanya.
Posisi istri Shayne harus jadi miliknya.
...
Merry mengenakan gaun yang sopan, memegang lengan Kevin dan memasuki ruang perjamuan.
Begitu keduanya muncul di pintu, orang-orang yang ingin menjalin hubungan dengan Kevin mengelilingi mereka dengan antusias dan suasana pun menjadi ramai seperti konferensi pers.
Berbagai pujian dan sanjungan terus terdengar.
"Pak Kevin, ini pacarmu? Cantik sekali! Sangat cocok untukmu!"
"Omong kosong apa itu?" Sepertinya orang tersebut telah mendapat informasi dan menyela, "Ini pasti adik Pak Kevin, 'kan?"
"Adik Pak Kevin? Dia benar-benar adiknya Pak Kevin?"
"Bukankah adik Pak Kevin nggak pernah muncul di depan umum?"
Ketika Nyonya Besar Nera mendengar perbincangan di antara kerumunan, dia buru-buru memanggil Shayne.
"Shayne, Kevin ada di sini bersama adiknya. Pergilah ke sana bersama Nenek untuk menyapa mereka."
Sebagai mitra dan telah menandatangani proyek besar dengan Grup Lumanto, sudah seharusnya mereka pergi menyapa.
Shayne mengangguk, kemudian melangkah dengan kaki jenjangnya menuju kerumunan.
Di tengah kerumunan, seorang wanita mengenakan gaun hitam murni dengan sosok ramping dan anggun mulai terlihat melalui celah-celah kerumunan.