Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 8 Nyonya Besar Aruna Mengumumkan Identitas Ardelia

Melisa langsung tersadar dan berkata, "Aku rasa benar! Belakangan ini memang nggak ada hal penting lain, hanya itu saja." "Wah, Vienna hebat sekali!" Bibi menatap Vienna dengan kagum. "Di generasi ini, hanya kamu wanita yang paling berbakat sampai nyonya besar pun ikut senang. Padahal selama ini dia beristirahat di kampung dan jarang mengurus masalah keluarga." "Ya, Kakak sangat hebat." Adik sepupunya, Kaira Lume, ikut menjilat. Vienna tersenyum, tapi dia sangat rendah hati, "Belum tentu karena itu juga." "Sekarang mana ada hal lain, pasti karena itu!" Kaira berkata sambil tersenyum, matanya menyiratkan rasa iri sekaligus kagum. Vienna pun semakin yakin dan merasa sangat senang. Walaupun Nyonya Besar Aruna sudah pensiun, tapi masih menjabat sebagai Presdir perusahaan. Orangnya tegas, jarang tersenyum, dan sangat ketat terhadap cucu-cucunya. Vienna sudah berulang kali berusaha mengambil hatinya, tapi belum pernah berhasil membuat Nyonya Besar Aruna tersenyum. "Sepertinya nenek sudah menganggapmu cucu paling berprestasi. Kamu harus mengambil hatinya. Siapa tahu nanti dia akan mempertimbangkan memberikan sebagian saham padamu," bisik Melisa. Vienna makin bersemangat, "Baik, Ibu. Aku akan lakukan yang terbaik." Mereka masih mengobrol saat pintu ruang VIP terbuka. Nyonya Besar Aruna masuk dan Ardelia ikut di belakangnya. Vienna melihat Nyonya Besar Aruna terlebih dulu, lalu menyapanya sambil tersenyum, "Nenek, sudah datang ya? Terima kasih sudah mengadakan pesta perayaan untukku." "Pesta perayaan?" Nyonya Besar Aruna mengernyit bingung. "Bukankah Nenek mengadakan pesta ini karena aku menang kompetisi piano Kota Jayata?" Vienna terlihat bingung. "Hanya juara lomba tingkat kota saja perlu dirayakan?" Nyonya Besar Aruna terlihat kesal. Wajah Vienna langsung terasa panas. "Jadi ini pesta apa?" "Ardelia." Nyonya Besar Aruna berkata datar. Ardelia melangkah keluar dari belakang Nyonya Besar Aruna. Begitu dia muncul, semua mata langsung tertuju padanya. Wajahnya terlalu cantik, auranya juga luar biasa. Ekspresi Vienna dan ibunya langsung berubah drastis. Ardelia? Kenapa dia ada di sini? Suara Nyonya Besar Aruna terdengar tegas, "Hari ini aku mengumpulkan kalian untuk mengumumkan satu hal penting. Putri Keluarga Lume sudah kembali." Otak Vienna langsung menjadi kosong. Semua kerabat pun tercengang. "Apa maksudnya?" "Bukannya Vienna adalah putri Keluarga Lume?" "Ya, jangan-jangan Vienna putri palsu dan ini yang asli?" Mereka berkata seperti itu karena ada kemiripan antara dia dan Melisa. Mata Vienna memerah, tubuhnya gemetar. Kenapa Nenek melakukan ini? Dia bukan sedang merayakan keberhasilannya, tapi menghancurkan dirinya! Hati Melisa terasa sesak. Sebelum Nyonya Besar Aruna sempat bicara lagi, dia buru-buru berdiri dan melangkah ke sisi Ardelia. "Benar, sebenarnya waktu itu aku melahirkan anak kembar. Ardelia waktu itu hilang dan sekarang sudah berhasil kami temukan. Dia dan Vienna sama-sama putri Keluarga Lume." Begitu kata-kata itu keluar, tatapan tajam penuh teguran dari Nyonya Besar Aruna langsung menusuknya. Tapi Melisa pura-pura tidak melihatnya, hanya menunduk. "Ternyata begitu. Pantas saja, sekali lihat saja aku tahu dia memang anakmu." "Benar, Ardelia malah lebih cantik dari ibunya." Adrian akhirnya ikut tersenyum canggung, "Ya, benar, bagus sekali kalau Ardelia bisa kembali." Nyonya Besar Aruna membawa Ardelia duduk. Para kerabat yang hadir menatap Ardelia dengan penuh rasa ingin tahu dan menanyakan banyak hal. Ardelia menjawab dengan sopan dan tenang, membuat Nyonya Besar Aruna merasa semakin puas dan bangga. Vienna belum juga pulih dari keterkejutannya. Melihat pemandangan itu, dadanya terasa sesak dan melihat Ardelia dengan tatapan tajam. Sial, wanita ini baru saja menghancurkan masa depannya, tapi masih berani datang ke sini juga! Sudut mata Vienna memerah. Melisa yang memerhatikan itu langsung merasa hatinya sakit. Dia tidak menyangka Ardelia akan dibawa ke sini oleh Nyonya Besar Aruna. Dia bahkan mulai mencurigai Ardelia. Bagaimana Ardelia bisa menghubungi Nyonya Besar Aruna? Pasti ada maksud tersembunyi di balik itu. "Ardelia ini baru kembali dari desa, banyak hal yang belum dipahaminya. Ke depannya, tolong semua orang bisa lebih memakluminya," kata Melisa sambil tersenyum. Dari desa? Begitu mendengar itu, suasana meja makan langsung terasa sunyi. Tatapan Kaira menjadi penuh ejekan. Vienna buru-buru ikut bicara, "Jangan khawatir, Kakak. Aku akan membantumu nanti."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.