Bab 3
Di kediaman Keluarga Boris.
Saat Javi dan Yovano kembali ke rumah, Yevani sudah menyiapkan makanan dan menunggu mereka.
Melihat Dreya tidak ikut pulang, Yevani langsung memahami situasinya.
Dia menghela napas pelan. "Javi, menurutmu Nona Dreya masih sakit hati sama aku gara-gara kejadian tiga tahun lalu? Makanya dia nggak mau pulang? Dia kan pernah masuk penjara ... Kalau dia keluar dari Keluarga Boris, dia bisa ke mana coba?"
"Terserah dia saja," jawab Javi dengan dingin.
Namun saat teringat wajah Dreya tadi, dia tidak bisa menahan kerutan di keningnya.
Dreya bukan hanya terlihat kurus, tetapi sepertinya juga banyak berubah.
Tatapan matanya penuh dengan amarah.
Mungkinkah ... dia benaran menderita di penjara?
Nggak mungkin!
Javi segera menepis pikirannya.
Yevani pernah bilang padanya, orang-orang di penjara wanita sangat ramah.
Terlebih lagi, dia sudah mengatur semuanya dengan petugas di sana.
Karena itu, menurutnya, Dreya tidak pernah kekurangan makanan dan pakaian yang dibutuhkan. Setelah kesalahan yang dia lakukan, hukumnya itu hanya setara dengan dikurung tiga tahun.
Yevani kelihatan agak cemas. "Tapi kalau Dreya tetap nggak mau pulang, kamu mau bilang apa ke Pak Arian? Dia yang minta kamu jemput, 'kan?"
Dulu, Dreya pernah menyelamatkan nyawa Kakek Arian. Karena itu, beliau sangat menyayanginya.
Dia yang memaksa Javi menikahi Dreya, bahkan rela harus membayar mahar yang sangat besar.
Setelah Dreya dipenjara pun, Pak Arian tetap hanya mengakuinya sebagai satu-satunya cucu menantunya.
Javi tidak terlalu peduli dengan apa yang dikhawatirkan Yevani.
"Tenang saja. Dreya hanya masih marah sama aku, itu pun nggak akan lama-lama. Dia nggak akan tega sama Yovano, bukan? Apalagi, dua hari lagi adalah upacara kelulusan Vano. Dia pasti akan pulang."
Yovano baru berusia sembilan tahun tetapi sudah lulus SD.
Semua orang tahu betapa Dreya mencintai anaknya. Bagaimana mungkin dia melewatkan momen sepenting itu, 'kan?
Dengan ekspresi cemberut, Yovano meringkuk manja di pelukan Yevani.
"Tapi aku ingin Tante Yevani yang datang ke upacara kelulusanku."
Yevani menyentuh hidungnya dan tersenyum berkata, "Boleh, asal kamu bisa bujuk ibumu untuk pulang. Tante akan temani kamu. Lagi pula, ibumu pernah dipenjara, rasanya kurang pantas hadir di acara seperti itu."
Yovano tertegun.
Bujuk?
Apa Tante Yevani menyuruhnya berbohong?
Tatapan Yovano sempat ragu sejenak, tetapi segera menghilang.
Jika teman-temannya tahu ibunya pernah dipenjara, mungkin tidak ada yang mau berteman dengannya lagi.
Namun, melihat ayahnya tidak menentang, Yovano pun mengangguk patuh.
Yevani tersenyum tipis, menatap meja penuh hidangan yang sudah dia siapkan. "Sayang sekali, semua ini aku siapkan khusus untuk Nona Dreya. Sekarang malah terbuang sia-sia."
Apa yang terjadi tidak seperti yang mereka pikirkan. Selama dua hari berturut-turut, Javi tidak menerima satu pun telepon dari Dreya.
Seolah-olah Dreya benar-benar sudah mantap untuk bercerai, dan tidak lagi peduli pada mereka.
Javi mengernyit, akhirnya memutuskan untuk menelepon Dreya.
Yang terdengar hanyalah suara operator: nomor yang Anda hubungi tidak aktif.
Dia tertegun.
Sesaat kemudian barulah tersadar.
Dreya sudah tiga tahun di penjara. Nomor lamanya tentu sudah tidak berlaku. Bahkan, akun WhatsApp dia pun sudah dinonaktifkan.
Kini, dia benar-benar tidak bisa menghubungi Dreya.
Perasaan panik dan gelisah yang tidak bisa dijelaskan mulai merayap di dadanya.
Javi segera memerintah sekretaris dengan suara dingin, "Cari tahu alamat dan nomor telepon Nyonya sekarang! Dia sudah keluar dari penjara, nggak boleh biarin dia mempermalukan nama Keluarga Boris lagi!"
...
Sementara itu, dua hari setelah bebas, Dreya hanya sibuk menata ulang rumahnya di Kompleks Azalea.
Setelah bercerai dari Javi, dia akan mendapatkan separuh harta.
Namun, sebelum itu, dia harus bisa menghidupi dirinya sendiri. Karena itu, dia memutuskan untuk kembali menekuni minat lamanya, yaitu memahat batu giok.
Selama tiga tahun, rumahnya di Kompleks Azalea tidak pernah dikunjungi siapa pun, hanya dipenuhi debu.
Dreya membersihkannya dengan telaten, namun saat memeriksa halaman, dia menyadari bahwa patung singa penjaga rumah telah dipindahkan.
Dia pun segera menelepon pihak pengelola properti untuk menanyakan hal itu.
[Tiga tahun lalu, Nona Yevani terluka karena diganggu oleh anti-fan. Karena Nona Yevani menyukai patung singa penjaga rumah, Pak Javi dan Tuan Muda Yovano memindahkannya ke vila Nona Yevani. Katanya untuk melindungi keselamatannya.]
Dreya tidak terkejut sedikit pun.
Patung singa itu dia pahat sendiri, dengan sepenuh hati, sebagai hadiah untuk Javi dan Yovano.
Dia mencurahkan waktu dan tenaga demi menciptakan simbol perlindungan dan keberkahan bagi mereka.
Namun, Javi menganggap Dreya kampungan, lalu mengembalikan patung itu.
Siapa sangka, mereka malah memberikannya kepada Yevani.
Menyia-nyiakan ketulusannya, lalu berpura-pura dermawan dengan pemberiannya?
Dreya menutup telepon, lalu langsung menghubungi pihak polisi.
Begitu tersambung, dia berkata dengan nada datar, "Saya ingin melapor. Barang di rumah saya telah dicuri."
Sesaat kemudian, panggilan berakhir.
Setelah laporan kepada pihak polisi yang datang selesai, Dreya sudah kelelahan.
Begitu polisi pergi, dia baru sadar tubuhnya demam tinggi.
Dia memaksakan dirinya pergi ke rumah sakit untuk berobat.
Wajah dokter menegang saat memeriksanya, lalu menyarankan, "Terlalu banyak luka lama yang belum sembuh. Ada bekas dipukul, ditendang, dihantam benda tumpul .. bahkan tusukan jarum. Tubuhmu sudah sangat lemah. Sebaiknya kamu dirawat secara intensif. Kalau nggak ... "
"Nggak perlu."
Dreya menolak dengan tenang, wajahnya tetap dingin.
Dia menguasai pengobatan tradisional, dan sangat memahami kondisi tubuhnya.
Di penjara, para tahanan kejam dan licik. Takut ketahuan oleh sipir, mereka hanya memberi luka dalam yang tidak terlihat.
Jika bukan karena ilmu warisan keluarganya, mungkin dia tak akan bertahan.
Dia tidak mati di penjara, jadi sekarang, dia tak akan menyerah.
Namun, saat teringat bahwa semua luka ini berasal dari suami yang tidur di sisinya dan anak yang dia kandung selama sembilan bulan, Dreya hanya merasa sangat ironis.
Dia memang tidak akan kembali ke Keluarga Boris.
Saat dokter sedang mengganti perban, tidak jauh dari sana, Yovano melihat Dreya.
Dia menarik ujung baju ayahnya dan bertanya pelan, "Ayah, kenapa dia ada di rumah sakit? Apa dia sakit?"
Barulah Javi menoleh dan melihat Dreya.
Keningnya mengerut, dan kilatan jijik muncul di matanya.
Sudah tiga tahun berlalu, masih saja pakai trik tarik-ulur.
Sedang sakit?
Pasti cuma pura-pura, supaya bisa menarik perhatiannya lagi!