Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 10

Melihat kartu bank di atas meja, Axel terdiam. Di dalam kartu ini bukan hanya uang, tapi juga cinta yang begitu dalam. Axel benar-benar tidak tahu bagaimana harus menghadapi perasaan tulus Rosa yang begitu mendalam padanya. Setelah menghela napas pelan, Axel mengembalikan kartu itu kepada Rosa sambil menggelengkan kepala. "Rosa, aku hargai niat baikmu, tapi aku nggak bisa menerima uang ini." "Dan kamu nggak perlu khawatir. Aku punya uang. Aku nggak akan kelaparan. Lagipula, aku punya tangan dan kaki, aku bisa menghidupi diriku sendiri." Axel menolak menerima kartu itu bukan semata-mata karena dia tidak kekurangan uang, tapi yang terpenting, dia benar-benar bingung bagaimana membalas persahabatan ini. Saat Rosa melihat kartu bank itu dikembalikan, matanya langsung memerah, dan air mata pun mengalir deras. Axel langsung merasa tidak berdaya dan buru-buru berkata, "Rosa, jangan menangis. Aku benar-benar nggak kekurangan uang, aku nggak bohong. Aku juga nggak menolak kebaikanmu, aku cuma ... aku cuma ... " Setelah terbata-bata, Axel tetap tidak bisa menjelaskan dengan jelas. Dia benar-benar tidak tahu bagaimana harus menghadapi ini, atau apa yang harus dikatakan. Rosa mengusap air matanya, menatap Axel, dan berkata dengan suara tersedu, "Axel, aku nggak pernah mengganggumu. Meskipun aku sangat mencintaimu, aku selalu mencintaimu diam-diam tanpa mengganggumu. Aku hanya ingin membantumu sekarang, hanya itu." "Tolong terima kartu ini, Axel, aku mohon padamu." "Kamu baru saja keluar dari penjara. Berapa banyak uang yang kamu miliki? Aku tahu sifatmu. Setelah bercerai dengan Clara, kamu pasti nggak akan menerima kompensasi apa pun darinya. Tapi kebanggaan dan harga dirimu nggak boleh membuatmu terus terpuruk. Anggap saja ini sebagai modal awal yang kuberikan untukmu, oke?" "Atau anggap saja ini pinjaman untukmu, bisa, 'kan?" "Terimalah kartu ini. Ini adalah hal terakhir yang bisa kulakukan untukmu. Ke depannya, mungkin kita nggak akan bertemu lagi." Akhirnya Rosa tidak bisa menahan diri dan menangis tersedu-sedu. Dan tangisan ini membuat Axel merasa sedih dan pilu. Gadis ini begitu cantik. Siapa pun yang menikahinya pasti akan beruntung. Namun, sejak pertemuan mereka hari ini, Axel mulai merasakan ada yang berbeda. Meskipun Rosa selalu tersenyum, matanya menyimpan kesedihan dan penderitaan, juga pergolakan dan keputusasaan. Dia seperti terperangkap dalam lumpur yang sulit dilepaskan, tanpa ada yang bisa menolongnya, dan hanya bisa berjuang sendiri dalam kegelapan. Sebenarnya Axel ingin bertanya, tetapi dia merasa tidak pantas untuk menanyakannya. Namun sekarang, dia sudah tidak peduli lagi. "Rosa, selama tiga tahun aku nggak ada, apa yang terjadi padamu? Bisakah kamu ceritakan padaku?" "Aku bisa merasakan, kamu sangat menderita dan sedang menanggung beban berat. Kalau kamu mau bercerita, mungkin aku bisa membantumu." Axel tidak membual. Dia benar-benar tulus ingin membantu gadis yang baik hati ini, yang diam-diam selalu mencintainya. Namun, Rosa justru mengusap air matanya, menggelengkan kepala, dan tidak berniat membebani Axel dengan masalahnya. Menurutnya, Axel sudah mengalami banyak kesulitan, dan seharusnya tidak perlu repot memikirkan masalahnya. Selain kemungkinan menimbulkan banyak masalah bagi Axel, dia juga tidak akan bisa membantunya banyak. Tepat saat mereka sedang makan, terdengar suara ketukan pintu yang keras. "Axel, dasar berengsek! Buka pintunya!" Axel menghela napas. Dia sangat mengenal suara itu. Sambil memandang Rosa, Axel berkata pelan, "Maaf, sepertinya makan malam ini nggak akan berjalan dengan lancar." Setelah berkata demikian, Axel membuka pintu dan melihat seorang wanita paruh baya yang mengenakan perhiasan emas dan perak, berdiri di sana dengan wajah penuh amarah. Dia menghela napas dan berkata, "Ibu, kamu datang." Orang yang datang tidak lain adalah Ratna, ibunya Clara dan Kevin. Sejak mengetahui Clara dan Axel bercerai, Ratna benar-benar bahagia. Selain itu, dia juga membiarkan putranya mengganggu Axel. Menurutnya, harta miliaran itu memang tidak boleh diberikan begitu saja kepada Axel. Tapi hasilnya? Apa yang dia dapatkan? Ternyata dia menerima kabar bahwa anaknya sendiri dianiaya oleh Axel hingga masuk rumah sakit. Seketika itu juga, Ratna langsung marah besar, tidak bisa menahan diri, dan langsung datang menemui Axel. "Ibu? Siapa yang kamu panggil Ibu? Kamu sudah bercerai dengan putriku, apa hakmu memanggilku Ibu?" Wajah Axel tetap tenang. Dia memandang Ratna, lalu mengangguk pelan sambil berkata, "Ya, Tante, kamu benar. Aku sudah bercerai dengan putrimu. Lalu untuk apa kamu menemuiku?" Axel tidak pernah berharap Ratna datang untuk bertanggung jawab. Sebagai mantan menantu Ranta yang pernah hidup bersama sebagai keluarga, dia lebih memahami daripada siapa pun betapa pedas dan kejamnya sifat wanita ini. Orang ini juga sangat memandang rendah orang miskin dan menyukai orang kaya. Dulu, Axel bisa mengubah kehidupan Keluarga Fernando, memberi mereka makanan, tempat tinggal, dan kehidupan yang baik, sehingga Ratna selalu merendahkan diri di hadapan Axel. Tapi, ketika Axel perlahan memberikan semuanya kepada Clara, dan kehidupan Clara semakin membaik, segalanya mulai berubah. Sekarang, Clara sudah menjadi presdir cantik dengan kekayaan miliaran, sedangkan dirinya hanya seorang mantan narapidana yang baru keluar dari penjara. Sudah bisa dibayangkan bagaimana sikap Ratna padanya. Melihat Axel berani berbicara seperti itu padanya, Ratna langsung tidak tahan dan menampar wajah Axel. "Dasar bajingan! Masih bertanya apa yang kulakukan di sini? Katakan, kamu kan yang memukul putraku? Berani-beraninya kamu menyentuhnya! Aku peringatkan, aku nggak akan melepaskanmu!" Axel menutupi wajahnya sendiri, bukan karena tidak bisa menghindari tamparan itu, tapi karena tidak ingin menghindar. Tamparan ini seakan menghapus semua ikatan emosional yang ada, hingga bersih tak tersisa. Namun, sebelum Axel sempat berbicara, Rosa yang tidak tahan melihat Axel ditampar langsung melangkah maju. "Tante, bisa-bisanya Tante menamparnya? Meskipun Axel memukul Kevin, Tante harus tanya dulu alasannya. Memangnya Tante nggak tahu Axel orang seperti apa?" "Dia bukan tipe orang yang suka mencari masalah. Kalau dia sampai bertindak, pasti ada alasannya." "Dan, begitu aku datang, aku langsung melihat rumah ini berantakan. Jelas-jelas Kevin yang datang menantang duluan, kenapa Tante nggak bisa membedakan yang benar dan salah?" Melihat Rosa membelanya dengan penuh rasa iba, Ratna langsung marah. "Rosa, dulu kamu selalu berusaha merusak pernikahan Clara. Sekarang akhirnya kamu punya kesempatan, ya? Lihatlah kalian berdua, pasangan sialan, beraninya berselingkuh di sini." "Makan bersama? Apa ini berarti kalian sudah hidup bersama?" "Aku izinkan kalian makan, tapi lihat saja apa kalian masih bisa menikmatinya." Setelah berbicara, Ratna langsung menuju ke meja makan dan dengan kasar mendorong semua makanan di atas meja hingga jatuh ke lantai, sambil terus memaki dengan kata-kata kotor. "Kalian pasangan berengsek! Tunggu saja, aku nggak akan melepaskan kalian begitu saja. Aku pasti akan membalas dendam untuk anakku." "Dan kamu, Rosa, kamu si wanita licik, nggak tahu malu! Bukankah kamu sudah bertunangan? Sekarang kamu malah berselingkuh dengan pria lain di belakang tunanganmu. Tunggu saja, aku pasti akan memberitahu tunanganmu. Dia pasti akan menghajarmu sampai mati!" Mendengar kata-kata itu, wajah Rosa langsung berubah pucat pasi. Sementara itu, wajah Axel semakin berubah gelap dan dipenuhi amarah.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.